"Penerapan pertanian terpadu ini mulai dari pengelolaan pupuk organik, budidaya ikan lele, peternakan sapi, kambing, ayam, dan kelinci, serta budidaya sayuran dan buah-buahan," simpul Hermawan yang berlatar belakang pengusaha.
Konsep tersebut kemudian menjadikan Desa Kemudo sebagai desa wisata edukasi. Di sana tidak hanya berlaku aktivitas bertanam dan beternak, tetapi juga menjadi laboratorium untuk belajar tentang pengelolaan pertanian terpadu.
Pengelolaan ini dibuat secara profesional melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang diberi nama BUMDes Kemudo Makmur. Menurut sang direktur, Purwoto Nur Wahono, BUMDes yang digerakan dan dihidupi oleh PT Sarihusada Generasi Mahardhika ini bergerak dalam banyak bidang usaha.
Pengelolaan afval atau sampah industri seperti karton, plastik, aluminium foil dan palet kayu hingga jeriken. Palet yang sebelumnya digunakan untuk pengemasan misalnya, diolah menjadi aneka produk kerajinan mulai dari perabot rumah tangga, kerajinan tangan hingga suvenir.Â
Patut diketahui, salah satu sumber utama afval berasal dari pabrik Sarihusada yang letaknya nyaris sepelempar batu dari balai Desa Kemudo.
Selain itu, bersama masyarakat setempat, pemerintah desa Kemudo mengelola pabrik pakan ternak. Kehadiran pabrik ini bertujuan untuk mencukupkan kebutuhan pakan ternak masyarakat setempat.
Di samping itu, pengelolaan wisata air kali Woro Purbo. Kali yang membentang di sebelah barat menjadi lokasi strategis untuk aneka wisata air seperti outbound, area camping, dan pemeliharaan ikan air tawar sistem karamba.
Berdiri sejak 2016, omset BUMDes ini sudah mencapai Rp 3,7 miliar. "Tahun ini ditargetkan mencapai Rp 5 miliar," tegas Hermawan.
Hermawan berharap BUMDes ini terus berkembang. Ia diandalkan sebaggai jembatan menuju kesejahteraaan masyarakat desa. Produktivitas dan keanekaragaman usaha ekonimi kerakyatan semakin meningkat serta menjadi institusi untuk mendukung rantai produksi dan pemasaran sumber daya alam yang ada. Pun membuat masyarakat semakin diberdayakan, bukan sebaliknya: diperdaya.