Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Arbain Rambey: Menolong Itu Tidak Harus dengan Tangan

11 Oktober 2018   19:05 Diperbarui: 8 Agustus 2019   17:10 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dini Trisyanti, pendiri dan peneliti Sustainable Waste Indonesia (SWI)/foto dari Danone

Selain itu ada Dini Trisyanti yang berbicara tentang plastik dalam kehidupan sehari-hari. Pendiri dan peneliti Sustainable Waste Indonesia (SWI) ini menyodorkan data yang mencengangkan. Tingkat konsumsi plastik di Asia Tenggara mencapai 30 kg per kapita per tahun. Namun jumlah ini ternyata jauh lebih sedikit ketimbang di Amerika Utara yang mencapai 90 kg per kapita per tahun.

Sekalipun tingkat konsumsi plastik masyarakat Amerika Utara dan Eropa tinggi, kesadaran untuk mengelola dan memanfaatkannya sudah jauh lebih baik dari kita. Padahal bila kita mau serius mengelola sampah plastik, akan menyerap banyak tenaga kerja.

Dini Trisyanti, pendiri dan peneliti Sustainable Waste Indonesia (SWI)/foto dari Danone
Dini Trisyanti, pendiri dan peneliti Sustainable Waste Indonesia (SWI)/foto dari Danone
Tidak harus dengan tangan

Selain dua tema besar itu, kami pun disuguhkan materi lain. Digital Stategis dan influencer, Jonathan End berbagi informasi terkait panorama dunia dan industri digital di Indonesia. Tema lain yang tak kalah menarik dibawakan oleh Rosaria Niken Widiastuti. Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kominfo ini berbicara secara khusus tentang hoax.

Isu yang satu ini memang lagi santer di tanah air. Sejumlah peristiwa aktual tengah mengemuka. Sehingga materi yang disajikan pun sangat aktual dan relevan. Ia memberitahu bagaimana ciri-ciri berita hoax dan bagaimana menyikapinya.

Menyelingi berbagai materi tersebut, kami pun disuguhkan beberapa tema kreatif mulai dari fotografi, vlog, hingga menulis dengan gaya bertutur atau story telling. Tema yang disebutkan terakhir dibawakan oleh Wisnu Nugroho, Editor in Chief Kompas.com.

Wisnu Nugroho, Editor in Chief Kompas.com/foto dari Danone
Wisnu Nugroho, Editor in Chief Kompas.com/foto dari Danone
Dengan gaya bicara berapi-api, Wisnu membuka wawasan kami tentang bagaimana sikap dasar seorang penulis. Selalu bertanya dan meragukan sesuatu alias skeptis. Tujuannya, kita akan selalu terpacu untuk mencari kebenaran. Selain itu, rendah hati.

Menurut Wisnu tulisan yang baik itu harus singkat dan sederhana agar pembaca mudah mencernanya. Memang tulis jenis ini tidak mudah. "Menulis yang susah dimengerti itu mudah, menulis yang mudah dimengerti itu susah. Tugas penulis adalah membuat yang susah menjadi mudah," tandasnya.

Seperti menulis, begitu juga fotografi. Arbain Rambey, fotografer senior harian Kompas berbicara banyak hal tentang dunia yang telah digelutinya selama belasan tahun. Menurutnya, hal teknis dalam fotografi kadang dinomorsatukan. Padahal dibanding penguasaan alat, memahami bahasa gambar jauh lebih penting.

"Foto bagus itu unsur teknis 10 persen dan sisanya adalah pemahaman."

Untuk menghasilkan foto yang bagus perlu memperhatikan sejumlah elemen penting. Di antaranya unsur teknis seperti speed dan ISO, posisi (angle), komposisi (seberapa lebar) dan momen (kapan harus menekan tombol).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun