Tiga tahun berselang, ia mampu mempersembahkan dua medali bagi Indonesia di ajang SEA Games. Di pesta olahraga antarbangsa Asia Tenggara yang diselenggarakan di Malaysia itu, Tanny meraih satu medali emas dan satu medali perunggu.
Berpasangan dengan Sharon Limansantoso, keduanya mengalahkan wakil tuan rumah untuk meraih medali emas nomor "double." Sementara medali perak berasal dari kategori master atau nomor perorangan.
Kejuaraan Dunia 2017 di Las Vegas, Amerika Serikat menorehkan kisah tak kalah hebat. Pada bulan Desember, bersama Sharon Limansantoso dan Putty Armein, mereka meraih medali perunggu di nomor beregu, trio. Meski menempati peringkat ketiga, hasil tersebut cukup membanggakan. Setidaknya mereka sudah mampu bersaing dan mendobrak dominasi negara lain di cabang tersebut.
Mereka kalah bersaing dengan Janine Gabel, Tina Hulsch dan Patricia Luoto dari Jerman yang meraih perak. Sementara emas menjadi milik tuan rumah melalui Shannon O'Keefe, Danielle McEwan dan Kelly Kulick.
Tidak ada jalan mulus bagi Tanny hingga menjadi seperti sekarang. Banyak hal telah dikorbankan selama lebih dari satu dekade menekuni olahraga tersebut. Mulai dari merelakan kesenangan pribadi, hingga berjuang untuk mencari prestasi dengan berkelana ke seluruh penjuru dunia.
Masa remajanya, terutama saat SMA banyak dihabiskan di tempat latihan. "Tidak ada malam Minggu bersama teman selama SMA. Saya mengalokasikan banyak waktu di bowling center."
Ia pun melewatkan kebersamaan bersama keluarga saat harus mengikuti turnamen di mancanegara. Termasuk di saat-saat penting seperti Hari Natal dan Tahun Baru. Tak heran, keluarga menjadi sumber dari mana ia mendapatkan air semangat dan dukungan, sekaligus pelabuhan yang selalu dirindukan untuk selalu disinggahi.
Ia mengakui tingkat popularitas olahraga ini di tanah air masih rendah. Hal ini diperparah oleh minimnya sarana dan fasilitas boling. "Kita hanya memiliki bowling center bertaraf internasional seperti di Jakarta. Namun jumlahnya di Indonesia masih terbatas, tidak sebanyak negara lain."
Tak heran ia banyak menghabiskan waktu di mancanegara, terutama di Amerika Serikat. Sejak 2010 ia menetap di sana. Selain berlatih dan mengikuti turnamen yang banyak terselenggara di negara tersebut, ia juga berbagi ilmunya sebagai pelatih di Mount Mercy University, Iowa.