Ketiga, fenomena Kali Item di Jakarta juga menarik dibicarakan. Pemerintah DKI Jakarta mengambil inisiatif untuk menutup pemandangan dan bau tidak sedap yang mengemuka dari kali tersebut dengan kain waring. Bila bukan karena berada di belakang Wisma Atlet, Kemayoran, tempat tinggal para olahragawan dan staf resmi dari 45 negara peserta, tentu tidak mungkin akan digelontorkan dana dan tenaga untuk itu.
Kain warna hitam berbentuk jaring-jaring selebar 20 meter kini telah terbentang sepanjang 689 meter dari Jembatan Mato hingga Jembatan Jubilee School. Pemadangan pun berubah di sepanjang ruas ini. Kali Item yang bernama asli Kali Sentiong itu tak lagi terlihat seperti namanya. Begitu juga menurut pengakuan sejumlah warga aroma busuk tak lagi sepengat sebelumnya.
Pemerintah tidak mau menanggung malu gara-gara Kali Item. Jangan sampai mengganggu pemandangan dan aktivitas para peserta. Coba bayangkan para peserta makan sambil menghadapi ke Kali Item! Karena didesak waktu, cara pintas pun ditempuh. Dalam jangka pendek usaha ini tentu berhasil. Maksud agar pemandangan Wisma Atlet tak dinodai Kali Item dan tak ada gangguan pada indra penciuman para tamu, tercapai. Namun usaha tersebut tidak sepenuhnya berhasil, apalagi untuk jangka panjang.
Pemerintah harus selalu siaga untuk membersihkan kotoran dan sampah yang berpeluang tersangkut di jaring-jaring tersebut yang akan mengganggu pemandangan. Lebih dari itu, bila tidak dibarengi upaya mendasar aroma tak sedap akan terus tercium. Jangankan kain wuring, material lain yang lebih mumpuni tak akan berpengaruh bila sumber persoalan tak tersentuh. Justru akan merusak pemandangan.
Akhirnya, ada dua hal yang mengerucut dari berbagai pengamatan dan kasus di atas. Di satu sisi, semarak Asian Games harus terus diciptakan dan dikreasi. Upaya menggelorakan Asian Games menjadi tugas dan tanggung jawab bersama, tidak hanya diserahkan kepada pemerintah, panitia penyelenggara atau warga di kota-kota penyelenggara.
Di sisi lain, setiap usaha tersebut harus tetap memperhatikan aspek yang lebih mendalam. Kesadaran dan keindahan. Tujuannya, agar apa yang dilakukan tak menjadi bumerang bagi euforia yang tengah dibangun. Kesemarakan itu wajib, asalkan jangan sampai berlebihan dan kurang serasi. Semarak itu harus, tetapi jangan norak!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H