Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Akankah Tahun Terbaik Bulu Tangkis Indonesia Berulang Lagi?

20 Januari 2018   23:55 Diperbarui: 21 Januari 2018   04:35 2106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Minions bersama sang pelatih, Herry IP/badmintonindonesia.org

"Semuanya dimulai dari sini, anda tahu, manisnya juara telah membuatku selalu ingin meraihnya kembali"-Viktor Axelsen

Demikian pertanyaan terbesar yang mengisi lembaran baru tahun 2018. BWF World Tour 2018 baru saja dimulai meninggalkan kenangan manis yang diukir para pebulu tangkis Indonesia setahun silam.  Tahun 2017 menjadi tahun terbaik dalam sejarah bulu tangkis Indonesia. Dalam rentang satu dekade terakhir pencapaikan gelar super series terbanyak diperoleh tahun lalu. Sebanyak 12 gelar super series diraih para pemain Indonesia, melebihi pencapaian tahun 2013 dengan 11 gelar dan jauh lebih baik dari tahun 2010 dan 2011 yang hanya mampu mendulang dua gelar juara.

Pertanyaan kini, sektor mana yang ikut andil dalam kesuksesan tersebut? Dari 12 gelar itu lebih dari separuhnya disumbang ganda putra melalui Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo. Pasangan berjuluk "The Minions" ini menggondol tujuh gelar juara, sekaligus memecahkan rekor gelar terbanyak dalam satu tahun kalender BWF yang sebelumnya dipegang pasangan ganda kawakan Korea Selatan, Lee Yong-dae dan Yoo Yeon-seong.

Kedigdayaan Marcus dan Kevin mulai terlihat di All Englan. Meski diunggulkan di tempat kelima keduanya sanggup melesat ke partai final dan merengkuh gelar juara. Oish-cleochyn menguraikannya dalam artikel "Selamat Marcus/Kevin! Juara All England dan Segera ke Puncak Dunia." 

Indonesia tidak pernah absen mengirim wakil ke final All England sejak 2012. Setelah tahun sebelumnya Praveen Jordan dan Debby Susanto sukses merebut gelar, tahun ini giliran pasangan liliput itu.  Di partai final unggulan lima ini sukses membungkam Li Junhui/Liu Yuchen asal China. Sebelum pertemuan ini Marcus/Kevin dibayangi rekor buruk di pertemuan sebelumnya di Vietnam Open 2015. Saat itu Li/Liu, unggulan enam, menang, 21-15 21-23 18-21.

Marcus dan Kevin juara All England 2017/badmintonindonesia.org
Marcus dan Kevin juara All England 2017/badmintonindonesia.org
Pencapaian di kejuaraan tertua di dunia itu sekaligus membuka keran gelar super series Indonesia. Marcus dan Kevin kembali naik podium tertinggi di dua kejuaraan berikutnya masing-masing di India dan Malaysia Open untuk mencatatkan hattrick beruntun. Judul yang dipilih Oish-Cleochyn untuk Marcus dan Kevin tampaknya tidak berlebihan. Salut!

Performa Marcus dan Kevin sedikit menurun di Indonesia dan Korea Open. Meski begitu Indonesia tidak kehilangan muka di kedua ajang tersebut. Giliran pasangan senior Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir yang menjuarai nomor ganda campuran. Gelar di hadapan publik sendiri itu menjadi satu dari dua gelar super series, selain di Prancis Open yang disumbangkan peraih emas Olimpiade Rio 2016 itu.

Owi dan Butet, begitu Tontowi dan Liliyana disapa, menjadi penyumbang gelar terbanyak dari nomor ini, melebihi pencapaian Pranveen Jordan dan Debby Susanto. Alih-alih tampil sebagai penerus, pasangan juara All England 2016 itu seperti masih berada di bawah bayang-bayang kebesaran Owi dan Butet. Keduanya hanya mampu merebut satu gelar sepanjang tahun yakni Korea Open.

Saat itu Praveen dan Debby meraih podium tertinggi bersanding dengan Anthony Ginting yang menjuarai nomor tunggal putra. Oish-Cleochyn tak ketinggalan memotret penampilan kedua wakil Merah Putih itu dalam artikelnya berjudul "Indonesia Sabet 2 Gelar Korea Open 2017". Ternyata gelar juara Anthony sekaligus menjadi gelar semata wayang yang mampu disabet sektor tunggal putra.

Bagaimana nomor lain? Pasangan ganda putri berbeda generasi Greysia Polii dan Apriyani Rayahu menggebrak di Prancis Open dengan menduduki podium tertinggi. Trofi tersebut cukup mengagetkan. Kedua pasangan itu belum lama berpasangan. Sebagaimana dikisahkan Oish-Cleochyn dalam artikel "Air Mata Apriyani Rahayu" , keduanya diorbit oleh pelatih ganda campuran utama Eng Hian sejak sebelum berangkat ke Gold Coast, Australia, tempat kejuaraan beregu campuran dua tahunan, Piala Sudirman, dihelat.

Apriyani menangis haru usai meraih gelar super series pertama/@antoagustian
Apriyani menangis haru usai meraih gelar super series pertama/@antoagustian
Sebelum berangkat ke Negeri Kanguru Eng mencoba keduanya saat laga simulasi di Pelatnas Cipayung. Menghadapi pasangan lama Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari, pasangan berbeda generasi ini masih belum mampu menunjukkan hasil terbaik. Mereka menyerah dua game langsung, 16-21 dan 16-21.

Menghadapi laga "hidup-mati" kontra Denmark, tim pelatih lantas memberi kepercayaan kepada Greysia/Apriyani. Keduanya turun di partai terakhir yang amat menentukan. Meski akhirnya Indonesia gagal keluar dari lubang jarum, setidaknya pasangan yang berbeda usia 11 tahun ini mampu membuat pasangan nomor dua dunia, Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen, bekerja keras tiga game. Greysia/Apriani menyerah dengan skor akhir 18-21, 21-13, 13-21.

Prestasi tersebut menunjukkan kualitas Apriyani yang baru berusia 19 tahun sekaligus keberhasilan Greysia yang dengan segala pengalaman yang dimiliki mampu menjadi mentor sekaligus penyeimbang bagi Apriyani. Keuletan dan kerja keras menjadi modal lain yang dimiliki keduanya hingga bisa mengakhiri tahun 2017 di peringkat 10 besar dunia.

Gelar juara super series pertama Apriyani dan Greysia di Prancis Open menjadi kado bagi ganda putri Indonesia. Telah lama Indonesia mendambakan gelar juara super series. Tak heran euforia kesuksesan mereka hampir menutup pencapaian Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir yang belum juga kehilangan taji dengan menjadi juara di ajang tersebut.

Hadi Santoso mencatat pencapaian kedua pasangan tersebut menjadi berita gembira bagi bulu tangkis Indonesia. Ia menguraikannya dalam tulisan berjudul "Ketika Bulutangkis Indonesia Mulai Mendominasi Tiongkok." Menurut kompasianer yang mulai bergabung sejak 2010 silam, pencapaian tersebut tidak hanya membuat Indonesia meraih gelar terbanyak di Prancis Terbuka (bersama Taiwan), pertama sejak tahun 1997 silam tetapi juga menghentikan dominasi China. Ia menulis, "data menyebutkan, sejak tahun 2007, selalu ada pemain Tiongkok yang berhasil meraih gelar di French Open. Bahkan, di tahun 2016 lalu, Tiongkok meraih empat gelar di tunggal putra/putri, ganda putri dan ganda campuran. Hanya ganda putra yang lepas."

Menurut kompasianer yang memilih tagline "menulis dan mengakrabi sepak bola", sejak 2007 atau dalam 10 tahun terakhir, China menguasai ganda putri dengan nyaris selalu juara: 9 kali! Hanya sekali Thailand "mencuri gelar" di tahun 2010. Namun tahun 2017 dominasi tersebut runtuh, giliran Indonesia yang berjaya.

Rekam jejak tersebut menunjukkan bahwa bulu tangkis Indonesia masih bergantung pada nomor ganda. Pertanyaan lanjutan, apa yang membuat sektor tersebut, terutama ganda putra begitu ciamik? Selain kualitas dan kegigihan Marcus dan Kevin, faktor lain yang tidak bisa diabaikan adalah kepiawaian sang pelatih, Herry Iman Pierngadi.

Kompasianer Gentur Adi Utama mengaku pelatih berusia 53 tahun itu bertangan dingin menangani sektor tersebut.  Herry I.P, begitu ia biasa dipanggil, melatih di Cipayung pada periode 1993 sampai 2008 dan kemudian kembali lagi di tahun 2011 hingga sekarang. Setelah sukses dengan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang meraih berbagai gelar kini ia berhasil meneruskan kejayaan sektor tersebut melalui Marcus dan Kevin. Sebagaimana judul arikel kompasianer yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil itu "Meneladani Pelatih Ganda Putra, Herry Iman Pierngadi" ada sejumlah faktor yang perlu diikuti para pelatih lainnya.

The Minions bersama sang pelatih, Herry IP/badmintonindonesia.org
The Minions bersama sang pelatih, Herry IP/badmintonindonesia.org
Kompasianer yang bergabung sejak 25 Oktober 2016 itu mengaku Herry IP bukan sekedar pelatih yang mengetahui seluk beluk strategi permainan. Ia juga mengenal karakter setiap anak didiknya. Menurut Gentur, hal ini penting untuk membantunya menyusun pola latihan dan metode komunikasi yang tepat dengan pemain.

Selain itu Herry IP tidak menunjukkan reaksi berlebihan di lapangan pertandingan. Ia tidak menunjukkan kemarahan bila performa anak asuhnya tak sesuai harapan. Ia benar-benar menunjukkan diri sebagai pelatih sekaligus ayah. Sifat kebapakannya membuat para pemain merasa dekat. Ia memberikan sentuhan personal yang menjadi pembeda dirinya dengan pelatih lain.

Kini bulu tangkis Indonesia menyongsong tahun baru. Berbagai pencapaian tahun 2017 menjadi pelajaran untuk menjadi lebih baik. Namun ada satu hal yang tak perlu diabaikan. Kesuksesan selalu butuh proses.

Selain pengalaman Marcus, Kevin, Greysia, Tontowi dan Liliyana, kisah Viktor Axelsen mengafirmasi hal tersebut. Pemain asal Denmark itu menjadi terbaik saat ini di tunggal putra bukan secara instan. Viktor harus menunggu tiga tahun untuk melangkah lagi ke final setelah terakhir kali menembus partai final pada 2012. Setelah menjadi runner-up India Open 2015, ia kerap merasakan "sakit" saat kandas di partai final. Namun siapa sangka perjuangan dan kerja kerasnya kemudian berbuah manis di 2016 dengan meraih gelar super series pertamanya. Gelar itu diraih di turnamen penutup tahun bertajuk BWF Dubai World Super Series Finals yang berhasil dipertahankan di 2017..

"Semuanya dimulai dari sini, anda tahu, manisnya juara telah membuatku selalu ingin meraihnya kembali," tegas pemuda 24 tahun yang telah meruntuhkan dominasi Lin Dan dan Lee Chong Wei.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun