Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Danamon Berbagi tentang "Peer-to-Peer Landing Platform" dan Tanda Tangan Digital

11 Desember 2017   19:29 Diperbarui: 11 Desember 2017   19:56 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kanan ke kiri: Adrian Gunadi dan Marshall Pribadi (foto Kompasiana)

Sejak tahun 2006 Danamon rutin menggelar Danamon Entrepreneuer Awards (DEA). Acara tersebut bertujuan memberikan apresiasi terhadap kontribusi dan prestasi wirausahawan di tanah air. Tahun ini sebanyak 5 orang mendapat penghargaan untuk lima kategori berbeda yakni kategori Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Social Entrepreneur, Fintech dan peraih favorit pilihan masyarakat.  Mereka diseleksi dari 607 kandidat.

Tahun ini puncak acara digelar pada Rabu, 6 Desember lalu. Nike Lidiyastuti Aritovani, pengusaha pengolahan abon cakalang asal Ambon menjadi pemenang favorit kategori Best Small Entrepreneur. Kategori Best Medium Entrepreneur jatuh kepada Gibran Chuzaefah Amsi El Farizy dari Bandung dengan usaha E-Fishery. Irma Suryati dari Kebumen yang menggerakkan usaha kerajinan keset dari kain perca dengan memberdayakan kaum difabel merah penghargaan kategori Social Entrepreneur.

Dua penghargaan lainnya diberikan kepada Adrian Gunadi dan Marshall Pribadi. Adrian merupakan Co-Founder dan CEO PT Investree Radhika Jaya. Ia menjadi pemenang kategori Best Fintech. Sementara itu Marshall meraih penghargaan kategori Most Promising Fintech. Marshall merupakan pendiri PrivyID, penyedia layanan tanda tangan digital.

Tidak berhenti di situ. Keesok harinya Danamon menggelar acara entrepreneur share. Acara yang mengambil tempat di Menara Danamon, Jakarta itu dihadiri oleh para peraih DEA 2017, praktisi Fintech, dan para pelaku usaha. Adrian Gunadi dan Marshall Pribadi tampil sebagai pembicara. Keduanya berbagi tentang usaha yang mereka rintis dan kembangkan.

Menarik mencermati laporan World Economic Forum (2015) yang memprediksi Indonesia bakal menjadi salah satu pasar digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020 nanti. Ini tentu menjadi kabar baik, sekaligus tantangan. Banyak aspek bakal terpapar oleh perkembangan tersebut termasuk dunia "financial technology" (FinTech). Dunia perbankan dan para pihak yang bergerak di bidang jasa keuangan bisa mengambil manfaat dari kemajuan teknologi digital.

Potret pasar fintech di tanah air (dokpri)
Potret pasar fintech di tanah air (dokpri)
Salah satu bentuk usaha yang memanfaatkan peluang tersebut menyata dalam PT Investree Radhika Jaya atau Investree. Sebagaimana dikatakan Adrian, ini merupakan startup teknologi finansial yang bergerak di bidang "peer-to-peer lending". Investree hadir sebagai cara baru untuk memberikan dan mengajukan pinjaman.

Sebagai pioneer "peer-to-peer lending platform" atau "peer-to-peer lending marketplace" di tanah air, Investree mempertemukan orang dengan kebutuhan pendanaan (borrower) dan orang yang bersedia meminjamkan dananya (lender).

Perusahaan yang berdiri pada Oktober 2015 ini memberikan pilihan investasi menarik dan menguntungkan bagi "lender" sekaligus memungkinkan pinjaman menjadi terjangkau dan mudah bagi "borrower". Investree mempertemukan "lender" yang akan memperoleh return terbaik dari pendanaannya sementara "borrower" yang membutuhkan pinjaman mendapatkan dengan bunga kompetitif. Keduanya dipertemukan untuk mendapatkan deal yang lebih baik.

Sebagaimana tertera di laman resmi, www.investree.id, setidaknya ada tiga alasan utama yang membuat investree menarik. Pertama,return yang atraktif. "Lender" akan langsung mendapatkan bunga yang dibayarkan oleh "borrower" tanpa beban biaya apapun.

Kedua,risiko terukur. Selalu dibuat analisis komprehensif terhadap invoice yang diajukan oleh calon "borrower". Ketiga,easy entry. Dengan proses yang mudah, 100 persen secara online, dapat mendanai mulai dari Rp 5 juta untuk Business Loan dan Rp 1 juta untuk Employee Loan.

Di samping itu, peminjaman yang dilakukan melalui Investree berjalan secara mudah dan cepat (selalu tersedia kapanpun dibutuhkan), transparan (tidak ada beban biaya dan prosudur yang tesembunyi. Kita bisa berdiskusi secara langsung dengan tim), dan biaya bersahabat (tingkat bunga dan biaya kompetitif berdasarkan sistem credit-scoring modern).

Antusiasme peserta Danamon Entrepreneuer Share 2017 (foto Kompasiana)
Antusiasme peserta Danamon Entrepreneuer Share 2017 (foto Kompasiana)
Tanda tangan digital

Hal menarik lainnya meluncur dari mulut Marshall Pribadi. Pria berkacamata yang menamatkan pendidikan dari sejumlah bidang keilmuan ini begitu fasih berbicara tentang tanda tangan digital. Selama ini kita hanya mengenal tanda tangan konvensional dengan tangan dan kertas sebagai mediumnya.

Sejak Oktober 2015, PrivyID hadir dengan terobosan baru dalam menghadirkan layanan tanda tangan elektronik. Bagi saya pemaparan Marshall "gampang-gampang susah" dicerna. Sekilas tampak mudah karena berbicara tentang sesuatu yang mudah dan lazim dilakukan. Tidak ada kerumitan untuk menggoreskan tanda di atas lembaran kertas. Justru karena kemudahan itu sering kali mengemuka berbagai persoalan dan hambatan.

Untuk mengatasi persoalan tersebut tanda tangan digital ini menggunakan sistem "asymmetric cryptography". Secara sederhana bisa dijelaskan demikian. Ini merupakan jenis algoritma kriptografi berdasarkan penggunaan kunci. Pada "symmetric cryptography" menggunakan kunci yang sama untuk proses enskripsi dan deskripsi. Sebaliknya pada "asymmetric cryptography" menggunakan kunci berbeda.

"Asymmetric cryptography" menyediakan dua kunci yakni kunci public untuk "encrypt" dan kunci private untuk "decrypt". Saat Si A mengirim pesan kepada Si B, maka Si A akan mengenskripsi pesan menggunakan kunci public Si B. Si B akan membuka pesan menggunakan kunci private.

Sistem ini memungkinkan informasi akan terkirim kepada orang yang dituju tanpa khawatir informasi tersebut akan "bocor" karena disalahgunakan.

Meski sistem kerjanya terlihat rumpil-rumit pelaksanannya mudah. Proses pendaftarannya tidak membutuhkan waktu lama, namun segala identitas seperti KTP, Nomor HP, spesimen tandan tangan hingga email diverifikasi terlebih dahulu. Selain itu manfaat yang diperoleh pun beraneka ragam.

Pertama,PrivyID membantu memverifikasi dan mengautentikasi identitas para pihak penandatangan. Kedua,memastikan keabsahan informasi atau dokumen elektronik yang telah ditandatangani. Isi dokumen dan informasi tidak dapat diubah setelah pendandatanganan.

Marshall Pribadi tengah berbagi tentang PrivyID (foto dokpri)
Marshall Pribadi tengah berbagi tentang PrivyID (foto dokpri)
"PrivyID bisa memastikan bahwa orang yang sudah mendandatangani suatu dokumen elektronik tidak bisa menyangkalnya," tegas Marshall.

Ketiga,PrivyID mempermudah proses pendatanganan dokumen secara real time. Dengan aplikasi tersebut tanda tangan dokumen keuangan bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Selain kepentingan individu, PrivyID begitu terasa manfaatnya untuk keperluan korporasi atau perusahaan untuk dokumen berlembar-lembar dan harus melewati proses berjenjang.

"Bayangkan untuk dokumen belasan halaman dan harus membutuhkan tanda tangan dari berbagai divisi. Belum lagi bila pihak bersangkutan memiliki kesibukan tersendiri sehingga membuat pendatanganan tersebut terhambat sehingga tidak bisa dilanjutkan ke bagian yang lain," Marshall memberi contoh.

Tak heran dengan manfaat besar seperti itu sejumlah perusahaan multinasional telah menggunakan layanan PrivyID. Operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, bank, ISP, TV Kabel, Fintech hingga sejumlah e-commerce telah menjadi klien PrivyID.

Akhirnya bukan hanya manfaat yang membuat layanan seperti ini patut diapresiasi tetapi terobosan dan inovasi yang tak terbayangkan sebelumnya. Celetuk Marshall dalam perbincangan setelah acara singkat pagi itu cukup menohok. "PrivyID menjadi buah karya anak bangsa. Cepat atau lambat bila tidak ada terobosan seperti ini, pasti akan berdatangan produk dari luar negeri."

Bisa jadi alasan-alasan seperti itu membuat sosok seperti Marshall dan Adrian Gunadi dianugerahi Danamon Entrepreneuer Awards. Selamat!

Para pembicara mendapatkan piagam penghargaan dari Danamon (foto Dokpri)
Para pembicara mendapatkan piagam penghargaan dari Danamon (foto Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun