Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Perceraian Praveen/Debby dan Angga/Ricky, Berkah atau Petaka?

8 Desember 2017   23:22 Diperbarui: 9 Desember 2017   12:13 3692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Praveen Jordan dan Debby Susanto juara All England 2016/badmintonindonesia.org

China menjadi negara yang paling agresif melakukan bongkar pasang pemain. Angga dan Ricky bila berada di kubu China tentu sudah lama "bercerai." Negeri Tirai Bambu itu cukup sigap dan berani mengambil tindakan bagi pemain dan pasangan dengan grafik penampilan tak meyakinkan.

Saat ini China menghadirkan sejumlah pasangan baru hasil bongkar pasang. Menariknya China berani mengkombinasikan pemain dari generasi berbeda. Di sektor ganda putra, Zhang Nan telah berpasangan dengan Liu Xuanxuan. Kombinasi senior dan junior itu berhasil melangkah hingga perempat final China Super Series Premier 2017 sebelum dihentikan Tang Chun Man/Tse Ying Suet.

Tahun lalu Zhang Nan mampu membawa Li Yunhui ke final ganda campuran China Open sebelum dikandaskan Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir. Tak berapa lama kemudian Zhang Nan membiarkan Li Yunhui berjalan sendiri dengan pasangan muda lainnya, Du Yue yang sempat dipasangkan dengan pemain senior lainnya, Xu Chen.

China Open tahun ini menjadi potret keberhasilan sejumlah negara melakukan bongkar pasang dan keberanian memberikan tempat kepada pemain muda. Baik Zheng Siwei dan Huang Yaqiong maupun Mathias Christiansen dan Christinna Pedersen, juara dan runner-up nomor ganda campuran adalah pasangan baru dari China dan Denmark. Zheng/Huang langsung mengawali kebersamaan dengan sangat baik setelah menjuarai Macau Grand Prix Gold pekan sebelumnya sebelum mengukir sejarah di hadapan publik sendiri.

Zheng Siwei dan Huang Yaqiong juara China Open 2017.Gambar dari bwfworldsuperseries.com
Zheng Siwei dan Huang Yaqiong juara China Open 2017.Gambar dari bwfworldsuperseries.com
Sementara Christiansen/Pedersen adalah pasangan berbeda generasi yang baru saja dibentuk. Ini terobosan Denmark yang cukup ogah melakukan bongkar pasang. Bisa jadi karena para pemain mereka mampu menjaga konsistensi dan awet sebagai pasangan. Di lain pihak menjadi langkah baru guna mengantisipasi terbentuknya jurang antargenerasi seperti yang dialami Indonesia di nomor tunggal putri.

Cristinna yang telah berusia 31 tahun dipercaya menjadi mentor bagi Mathias Christiansen yang baru berusia 23 tahun. Pengalaman Christinna diharapkan bisa mengangkat juniornya lebih cepat. Tanda-tanda positif sudah terlihat. Keduanya memang gagal mencapai klimaks. Tetapi menginjak partai final turnamen bergengsi seperti ini menjadi hasil bagus yang belum tentu bisa diukir negara-negara lain, termasuk Indonesia. Keduanya bahkan menjungkalkan juara bertahan sekaligus harapan semata wayang Indonesia di ganda campuran, Tontowi dan Liliyana di babak perempat final.

Tidak hanya China dan Denmark, Korea Selatan bahkan sudah terbiasa melakukan bongkar pasang. Tahun lalu Lee So Hee dan Chang Ye Na menjuarai China Open mengalahkan wakil tuan rumah Huang Dongping/Li Yinhui. Kali ini Lee So Hee kembali menginjak partai final China Open bersama tandem berbeda yakni Kim Hye Rin.

Pasangan ganda campuran Denmark berbeda delapan tahun, Mathias Christiansen dan Christinna Pedersen. Gambar dari bwfworldsuperseries.com
Pasangan ganda campuran Denmark berbeda delapan tahun, Mathias Christiansen dan Christinna Pedersen. Gambar dari bwfworldsuperseries.com
Lee So Hee yang berparas cantik memiliki smash keras dan cerdas dalam bermain. Pemain berusia 23 tahun ini mampu menginjak final di tiga super series terakhir mulai dari Denmark dan Prancis. Ia menjadi salah satu bibit unggul di nomor ini sekaligus segelintir pemain Korea Selatan yang kini mencuri perhatian dunia. Kemampuan Korea Selatan mencetak pemain tidak secepat China, namun Negeri Ginseng pandai memaksimalkan potensi pemain dengan main rangkap dan bongkar pasang. Pada akhirnya terlihat kekuatan merata di semua lini. Mau dipasangkan dengan siapapun tetap kelihatan setara.

Menanti racikan baru

Setelah menanti akhirnya Indonesia mengambil langkah serupa China dan beberapa negara lainnya. Selain merayakan keberanian ini, kita pun menanti sejauh mana kinerja hasil racikan baru tersebut. Masih ada waktu beberapa pekan sebelum debut pertama mereka di Malaysia Grand Prix Gold pada pertengahan Januari tahun depan.

Sepanjang Januari hingga Februari 2018 menjadi momentum pembuktian kedua pasangan itu, di samping Hafiz dan Gloria. Selain di Malaysia, mereka juga akan diuji di Indonesia dan India Open. Saat itu kita akan melihat apakah "perceraian" Praveen dan Debby serta Angga dan Ricky benar-benar membawa berkah ataukah sebaliknya. Bila bukan membawa pengaruh positf berarti kita masih harus menunda untuk mendapatkan pasangan baru yang lebih pas. Namun setidaknya PBSI telah berani mengambil sikap yang sudah biasa dilakukan China dan Korea Selatan dan ikut dalam pola pembinaan sebagaimana telah dipanen hasilnya oleh para raksasa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun