Berkat atau petaka. Dua kata ini bisa saja berlebihan. Terlalu hiperbolis. Namun dalam konteks ini pemilihan kata tersebut semata-mata untuk menyambut langkah Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) "menceraikan" dua pasangan ganda yakni Praveen Jordan-Debby Susanto serta Angga Pratama-Ricky Karanda Suwardi.Â
Pemisahan kedua pasangan itu menjadi pilihan krusial mengacu pada performa mereka, terutama dalam setahun terakhir. Angga dan Ricky sejak berpasangan pada November 2014 hanya mampu mendulang satu gelar yakni Singapore Open 2015. Performa pasangan yang digadang-gadang sebagai penerus kejayaan Mohammad Ahsan dan Hendra Setawan itu justru disalip Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya. Saat ini posisi kedua pasangan ganda putra itu terbalik. The Minions, julukan Marcus dan Kevin memuncaki rangking BWF, sementara Angga dan Ricky terus bergerak ke arah sebaliknya.
Situasi serupa terjadi pada Praveen dan Debby. Pasangan ini sempat membanggakan Indonesia saat meraih gelar All England 2016. Ternyata gelar Korea Open 2017 menjadi yang terakhir. Setelah itu, alih-alih menjadi pelapis, apalagi mengambil peran Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir, penampilan pasangan itu justru jauh dari harapan.
Hong Kong Open 2016 menjadi satu-satunya kesempatan yang membuat asa ganda campuran Indonesia membuncah tatkala kedua pasangan itu beradu di partai final. Fajar harapan kembalinya era keemasan ganda campuran Indonesia seperti rentang 2004 hingga 2008 seakan merekah. Saat itu Indonesia memiliki dua pasangan tangguh yang saling mengisi, Nova Widianto/Liliyana Natsir dan Flandy Limpele/Vita Marissa. Ternyata asa tersebut menguap tak lama berselang. Setelah itu performa Praveen/Debby tak menentu. Owi/Butet pun harus memikul tumpuan sendirian.
Pemisahan kedua pasangan ini menjadi langkah positif sekaligus antisipatif demi masa depan sektor ganda putra dan ganda campuran Indonesia. Angga Pratama akan kembali berpasangan dengan Rian Agung Saputro, meski sejatinya performanya bersama Mohammad Ahsan terus menanjak. Ricky Karanda akan beralih ke ganda campuran bertandem dengan Debby Susanto. Sementara Praveen akan berpasangan dengan Melati Daeva Oktavianti.
Reuni Angga dan Rian diharapkan mampu mendongkrak performa mereka. Begitu juga peruntungan di ganda campuran. Lebih dari itu, rotasi di sektor ganda campuran tidak lain untuk mendapatkan pelapis baru Owi/Butet. Butet mulai dirongrong cedera karena usia sehingga tak bisa terus dipaksa dan dijadikan tumpuan.
Dalam hitungan bulan, Asian Games 2018 akan menjelang. Indonesia jelas tidak ingin kehilangan muka di event antarnegara Asia itu bila aral tiba-tiba menerjang Owi dan Butet. Meski sedikit terlambat, rotasi ini menjadi langkah antisipatif, tidak hanya untuk Asian Games semata. Lebih jauh dari itu sebagai bagian dari regenerasi. Seperti cedera, tidak ada yang bisa mengelak bila Debby tiba-tiba memilih mundur, sinyal yang sudah berkedip beberapa kali. Hafiz Faizal dan Gloria Emanuelle Widjaja tumpuan baru yang baru berpasangan sejak Oktober ini jelas tidak bisa mengambil alih bila sejumlah ketakterdugaan itu seketika mengemuka.
Bila Angga kembali pada Rian, bagaimana nasib Ahsan? Pertanyaan ini tak sulit dijawab bila kita mengikuti perkembangan Kejuaraan Nasional 2017. Event yang belum lama usai itu telah mempertemukan kembali Ahsan dan Hendra Setiawan. Tak sukar bagi keduanya untuk mendapatkan kembali "chemistry" yang membuat mereka berjaya. Pasangan kawakan ini menjadi juara di ajang itu. Bisa jadi mereka akan terus bersama setidaknya hingga Piala Thomas dan Asian Games tahun depan.
Tak hanya Ahsan dan Hendra, badai reuni juga menerjang bulu tangkis internasional belakangan ini. Lee Yong Dae dan Yoo Yeon Seong asal Korea Selatan bersatu lagi. Malaysia malah mempertemukan kembali beberapa pasangan senior sekaligus. Tandem Hendra Setiawan, Tan Wee Kiong kembali berpasangan dengan Goh V Shem. Selain peraih perak Olimpiade Rio ini, sebelum itu Vivian Kah Mun Hoo/Khe Wei Woon dan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying lebih dulu bersatu.
Kembali menandemkan beberapa pasangan sekaligus, apakah Malaysia kehabisan harapan? Proses regenerasi mereka tak berjalan? Entahlah. Yang pasti, Malaysia ingin meraih medali di Asian Games tahun depan. Selain itu reuni dan bongkar pasang pemain bukan sesuatu yang asing di jagad tepok bulu.