Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Marcus Fernaldi Gideon kembali ke bentuk permainan terbaik. Belajar dari kegagalan di final Korea Open Super Series pekan lalu, duo minions ini berhasil mencapai klimaks di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Minggu (24/09) hari ini. Pasangan liliput ini tanpa kesulitan merebut kemenangan dari wakil tuan rumah untuk mengukuhkan diri sebagai juara Japan Open tahun ini.
Tidak sukar bagi Marcus dan Kevin meredam semangat Takuto Inoue dan Yuki Kaneko untuk mempersembahkan gelar kepada para penggemar yang memadai stadion. Tampak perbedaan mencolok antara laga final pekan sebelumnya yang sepi penonton. Hampir setiap bangku di Tokyo Metropolitan Gymnasium terisi penonton meski masih kalah riuh dibandingkan turnamen di Tanah Air.
Sejak awal Marcus dan Kevin tidak memberikan kesempatan kepada lawannya untuk berkembang. Seperti melibas Mathias Boe dan Carsten Mogensen di semi final, pola yang sama diterapkan di partai puncak. Ternyata lebih sukar mengalahkan Boe dan Mogensen ketimbang Inoue dan Kaneko. Memang lebih memikat menyaksikan laga semi final ketimbang partai puncak hari ini.
Marcus dan Kevin unggul segalanya. Variasi serangan berikut adu drive hampir selalu dimenangkan Marcus dan Kevin. Wakil tuan rumah kewalahan meladeni permainan cepat dan tipuan-tipuan andalan Indonesia. Sesekali Marcus dan Kevin "melayani" wakil tuan rumah dengan pengembalian bola yang "tanggung" sehingga mengundang tepukan penonton saat dengan mudah dituntaskan Inoue dan Kaneko.
Marcus/Kevin menyudahi game pertama dalam tempo 12 menit. Game kedua pun berlangsung tidak lebih lama dari game pertama. Tidak ada kesulitan berarti bagi keduanya untuk menuntaskan pertandingan straight set dengan skor  21-12 dan 21-15.
Entah mengapa hari ini wakil tuan rumah begitu mudah menyerah, tidak seperti di babak-babak sebelumnya yang berhasil melibas sejumlah unggulan. Bisa jadi benar kata Marcus kepada badmintonindonesia.org, "Saya tidak menyangka akan menang mudah. Saya pikir akan ramai. Karena kemarin-kemarin mereka mainnya bagus dan safe, defendnya juga nggak gampang mati. Mungkin mereka juga agak nervous, jadi agak terburu-buru."
Tidak dapat dipungkiri ada gap level di antara kedua finalis. Marcus dan Kevin masih terlalu tangguh bagi pasangan berperingkat 17 dunia. Kemenangan ini mengukuhkan dominasi Marcus/Kevin atas wakil negeri Matahari Terbit itu dalam tiga pertemuan. Di dua pertemuan sebelumnya, masing-masing di Taiwan Open 2015 dan India Open tahun ini, Marcus dan Kevin selalu menang dua game langsung.
"Kami tidak tegang, tapi memang secara keseluruhan, pasangan Indonesia jauh lebih bagus dari kami. Mereka bisa mengubah taktik dan strategi permainan dengan cepat. Sedangkan kami tidak dapat keluar dari tekanan. Kami sudah mencoba untuk bermain sesuai dengan cara kami, namun mereka bisa mengubah-ubah ritme permainan," ungkap Kaneko seusai pertandingan.
Gelar juara yang diraih di Jepang kali ini memperpanjang catatan prestasi pasangan Indonesia ini. Ini menjadi gelar super series keempat di tahun ini atau yang ketujuh sepanjang kebersamaan mereka. Keduanya sempat mengalami masa "paceklik" selama beberapa bulan terakhir setelah mencatatkan prestasi impresif sejak awal tahun. Menyabet gelar juara All England, India Open Super Series dan Malaysia Open Super Series Premier sempat membawa mereka ke puncak rangking dunia. Dan kini setelah berjuang dari urutan ketiga dunia, Marcus dan Kevin akan kembali ke puncak singgahsana. Tambahan 9.200 poin cukup membuat Marcus/Kevin menggeser Boe/Mogensen dari posisi puncak dan mendepak pasangan Tiongkok, Li Junhui/Liu Yuchen ke urutan ketiga. Dalam rilis BWF Kamis, 28 September pekan depan, Marcus dan Kevin akan berada di puncak.
Tentu berada di puncak dunia bukan segalanya. Perjalanan pasangan ini masih panjang, masih banyak turnamen yang menanti sepanjang tahun ini. Setelah ini mereka akan tampil di turnamen super series premier di Denmark, selanjutnya ke Prancis untuk mengikuti French Open super series. Namun setidaknya Marcus dan Kevin telah membuktikan diri mampu mengatasi tekanan dan keluar dari masa krisis. Ini inspirasi penting bagi para pemain Indonesia lainnya.
"Gelar ini sangat berarti buat kami berdua. Karena kemarin-kemarin sempat kalah terus, dan kami bisa bangkit lagi. Jadi bagus buat menambah kepercayaan diri kami juga, ini sangat penting buat kami berdua," lanjut Kevin.
Runtuhnya dominasi Tiongkok
Perhelatan tahun lalu Tiongkok mendominasi dengan merebut tiga gelar juara yakni di nomor tunggal putri, ganda putra dan ganda campuran. Sementara dua nomor lainnya direbut Malaysia (tunggal putra) dan Denmark di ganda campuran.
Tahun ini distribusi gelar merata. Tidak ada lagi negara yang mendominasi, termasuk Tiongkok . Belakangan semakin terlihat peta persaingan bulu tangkis dunia yang kian merata. Hampir di setiap nomor monopoli negeri Tirai Bambu perlahan tetapi pasti mulai berkurang seiring kebangkitan negara-negara lain.
Gelar yang direbut Marcus/Kevin membuat Indonesia kembali naik podium tertinggi setelah terakhir kali, dan satu-satunya, direbut Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan pada 2013. Tiongkok kebagian satu gelar setelah pasangan ganda campuran Wang Yilyu/Huang Dongping mengandaskan wakil tuan rumah Takuro Hoki/Sayaka Hirota dua game langsung 21-13 dan 21-8 dalam tempo 32 menit.
Sekalipun mengirim tiga wakil, terbanyak di antara yang lain, tuan rumah harus puas dengan satu gelar. Gelar disumbangkan ganda putri nomor satu dunia Misaki Matsutomo dan Ayaka Takahashi. Unggulan teratas ini masih terlalu tangguh bagi wakil Korea Selatan, Kim Ha Na dan Hee Yong Kong. Laga kedua pasangan berakhir straight set 21-18 dan 21-16 dalam tempo 55 menit.
Di nomor tunggal putra, juara bertahan Lee Chong Wei kandas di tangan pemain muda Denmark, Viktor Axelsen. Pengoleksi enam gelar Japan Open tersebut kalah dalam pertarungan tiga game 21-14 19-21 21-14. Laga lebih dari satu jam itu menunjukkan bahwa Axelsen siap menjadi penguasa baru tunggal putra. Juara dunia 2017 yang kini berada di urutan dua dunia bakal menggeser Son Wan Ho dari Korea Selatan untuk menjadi pemain nomor satu dunia.
Carolina Marin menjadi yang terbaik di tunggal putri. Di babak final wakil Spanyol itu mengandaskan pemain muda Tiongkok, He Bingjiao dua set langsung 23-21 dan 21-12. Kemenangan dalam tempo 53 menit itu melanjutkan tren positif Marin atas pemain berperingkat tujuh dunia itu dalam dua pertemuan terakhir. Pada pertemuan sebelumnya, sekaligus yang pertama, di All England tahun ini, Marin menang rubber set 21-15 19-21 10-21.
Bersama Sun Yu, He Bingjiao yang baru berusia 20 tahun adalah generasi baru tunggal putri Tiongkok. Keduanya berjuang dari luar luar lingkaran lima besar dunia, berusaha menembus dominasi para pemain muda lainnya seperti Akane Yamaguchi (Jepang), Pusarla V.Sindhu (India) dan Tai Tzu Ying (Taiwan). Konstelasi di nomor ini sekali lagi membuktikan bahwa tidak ada lagi dominasi Tiongkok di bulu tangkis dunia. Inilah alasan cabang tepok bulu semakin menarik ditonton.
Hasil final #JapanSS 2017:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H