Berdasarkan hitung-hitungan setelah partai ketiga itu, Indonesia benar-benar berada dalam situasi kritis. Nasib hidup Indonesia hanya setipis rambut. Nomor andalan India bertemu sektor underdogdari Indonesia. Pusarla V Sindhu masih menjadi momok bagi para pemain Indonesia. Meski usia Sindhu dan para tunggal putri Indonsia tidak berbeda jauh, tidak demikian halnya dengan prestasi dan pengalaman.
Peluang Fitriani dan Gregoria Mariska sama-sama inferior saat bertemu peraih medali perak Olimpiade Rio 2016 itu. Bertemu Fitriani, Sindhu hanya dipaksa bekerja keras di game kedua. Bahkan bisa dikatakan Fitriani sempat membuat Sindhu kerepotan.
Tentu performa Fitriani terbilang terlambat “panas”. Di game pertama Fitriani hanya mendapat delapan poin. Banyak melakukan kesalahan sendiri (self error) turut mempersingkat waktu pertandingan. Situasi berbeda terjadi di game kedua. Ia mampu mengimbangi Sindhu hingga akhir pertandingan sebelum takluk dengan skor akhir 8-21 dan 19-21.
Kekalahan Fitriani sekaligus memupuskan harapan Indonesia. Prahara ini semakin dipertebal melihat bagaimana performa partai tidak menentukan antara Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari menghadapi Ashwini Ponnapa/Reddy N Sikk. Alih-alih memberi penghiburan bagi Indonesia sekaligus mempertipis ketertinggalan Della/Rosyita takluk dua game langsung 12-21 dan 19-21.
Ah dalam situasi seperti ini sepertinya target semi final terlalu istimewa. Ada Denmark yang siap memulangkan Indonesia lebih awal. Raksasa Eropa itu menjadi ancaman terdekat yang bakal membuat Indonesia tertunduk malu di saat para tetangganya seperti Malaysia dan Thailand bisa melangkah tegap ke delapan besar.
Indonesia benar-benar butuh keajaiban di laga penentuan, Rabu (24/05) besok. Di atas kertas Denmark lebih diunggulkan. Unggulan dua ini telah membuktikan kelasnya dengan mengandaskan India dengan skor yang sama seperti yang diderita Indonesia hari ini.
Diperkuat para pemain terbaik dengan prestasi dan pengalaman mentereng hampir di semua sektor Denmark tak kesulitan mewujudkan prediksi awal. Mathias Boe dan kolega hanya kehilangan satu nomor, seperti yang sudah diprediksi menjadi satu-satunya titik lemah, di sektor tunggal putri. Sindhu masih terlalu tangguh bagi Line Kjærsfeldt yang menyerah 21-18, 21-6.
Sementara di nomor-nomor lain situasi berbanding terbalik. Selain Axelsen yang perkasa, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen masih terlalu tangguh bagi Ashwini Ponnapa/Satwiksairaj Rankireddy meski kedua pasangan berduel tiga game.
Selanjutnya Mathias Boe/Carsten Mogensen menang mudah 21-17, 21-15 atas Manu Attri/Reddy B. Sumeeth. Partai penutup sempat berlangsung ketat. Namun pengalaman dan kematangan Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen menjadi pembeda atas Ashwini Ponanappa/Reddy N. Sikki dalam laga yang berakhir tiga set, 18-21, 21-15, 23-21.
Selain hasil hari ini dan rapor antarpemain yang membuat perjuangan Indonesia ekstra berat, Denmark juga diuntungkan dengan waktu istirahat sehari. Setelah menguji coba lapangan dan melakukan pemanasan kemarin, mereka mendapat waktu jeda yang cukup untuk menimba energi. Denmark tentu tidak mau buang peluang lolos yang sudah di depan mata.