Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Gagal Total di China, Bukti Indonesia Belum "Move On" dari Marcus/Kevin

29 April 2017   14:01 Diperbarui: 29 April 2017   14:08 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Praveen Jordan/Debby Susanto di Kejuaraan Badminton Asia 2017/badmintonindonesia.org

Bagaimana tunggal putri? Tiga wakil Indonesia langsung gugur di babak pertama. Mereka adalah Hanna Ramadini, Fitriani dan Dinar Dyah Ayustine. Para pemain unggulan masih menjadi mimpi buruk bagi para pemain muda Indonesia. Tidak hanya bertekuk lutut, skor pertandinganpun sungguh menyayat hati.

Hanna misalnya tak bisa berbua banyak saat bertemu Sung Ji Hyun. Jagoan asal Korea Selatan itu hanya memberi masing-masing 5 dan 9 poin kepada Hanna dengan skor akhir 5-21, 9-21. Begitu juga Dinar saat bertemu unggulan empat P.V Sindhu. Pemain muda India ini menang mudah, 8-21,18-21.

Nasib serupa juga dialami Fitriani. Ironisnya bukan menyerah di tangan pemain unggulan tetapi sesama non unggulan. Fitri dikalahkan pemain Vietnam Vu Thi Trang  dua game langsung. Coba perhatikan skor akhirnya, 13-21, 8-21.

Fitriani kurang maksimal di Kejuaraan Bulu Tangkis Asia 2017/badmintonindonesia.org
Fitriani kurang maksimal di Kejuaraan Bulu Tangkis Asia 2017/badmintonindonesia.org
Tidak hanya publik Indonesia yang merasa tak puas. Asisten Pelatih Tunggal Putri Utama Minarti Timur tentu lebih kecewa. Para pemain tidak bisa mengeluarkan performa terbaik. Hanna sedikit bermasalah dengan cedera siku tangan sehingga cukup mempengaruhi penampilannya. Tetapi secara umum semua pemain jauh dari harapan.

“Fitri tidak bisa keluar mainnya, banyak ragu-ragu sehingga ini berpengaruh pada akurasi bola. Sedangkan Dinar tak bisa mengimbangi kecepatan lawannya saat ia mau main cepat di game pertama, di game kedua baru berani main reli balik serang,” beber Minarti memberi evaluasi.

Indonesia pun harus pulang dengan tangan hampa. Target yang dipatok PBSI gagal terwujud. Ini alarm bagi PBSI agar lebih keras bekerja bila tidak ingin semakin tertinggal dari negara lain. Tiongkok yang merajai turnamen ini menjadi contoh baik tentang regenerasi.

Jangan sampai kita terlena dengan prestasi segelintir pemain sehingga abai pada regenerasi. Di ganda putra, Marcus/Kevin sedang menikmati bulan madu di puncak rangking dunia. Situasi ini mesti dimanfaatkan oleh pasangan-pasangan lain yang tidak sedikit jumlahnya untuk menempel prestasi duo Minions itu. Namun yang terjadi di Wuhan, Indonesia seperti belum bisa “move on” dari pasangan liliput itu untuk memberi kebanggaan.

Sementara di sektor-sektor lain yang belum menampakkan hasilnya pekerjaan rumah tentu lebih besar lagi. Tidak mudah memang mengejar ketertinggalan dari Thailand misalnya yang sudah sedemikian maju di sektor putri.

Terlepas dari semua itu, anggap saja ini menjadi ajang mengukur peta kekutan Indonesia tanpa para pemain utama. Sekaligus pemanasan jelang kejuaraan bergengsi yang akan dihelat di Gold Coast, Australia, Mei mendatang. Piala Sudirman 2017 adalah salah satu target utama tahun ini. Semoga kita tidak kecolongan lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun