Menariknya pada babak final di dua turnamen tearkhir, Tai menghadapi lawan yang sama yakni Carolina Marin asal Spanyol. Dibandingkan Tai, Marin jauh lebih tinggi. Tai hanya bertinggi badan 1,62 meter, jelas pendek untuk ukuran orang Eropa umumnya. Meski begitu ketenangan, kesabaran, daya juang, dan terlebih skill (salah satunya racket skill) yang dimiliki membuatnya mampu melewati hadangan dari para pemain jangkung, termasuk Marin.
Bila di Malaysia kedua pemain berduel sengit selama tiga game dengan durasi lebih dari satu jam, tidak demikian di Singapura. Di Malaysia Marin sempat memaksa Tai bermain rubber gamesebelum menyerah dengan skor akhir 23-25 22-20 dan 21-13. Sementara di Singapura, Tai yang dilatih Jiang-Chen Lai, membungkam mantan pebulutangkis nomor satu dunia itu dua game langsung, 21-15 dan 21-15.
Kini putri yang diperjuangkan Tai Nan-Kai sudah menjadi pesohor. Prestasi Tai Tzu-ying pun berbanding lurus dengan tingkat popularitas dan pendapatan. Hampir tidak ada orang yang mengaku pencinta bulu tangkis di seantero jagat tak mengenal Tai Tzu-ying. Malah dari waktu ke waktu ia semakin dikenal dan diidolai banyak orang.
Saat bermain di luar negeri dukungan kepadanya tidak pernah berkurang. Hal itu diakui kepada Fox Sport seusai menjuarai Singapura Open. "Saya juga beruntung karena setiap bertanding di mana saja, semuanya memberi dukungan. Terima kasih.”
Demikian pula dengan apresiasi yang didapat. Dari segi finansial Tai sudah menjadi atlet kaya. Tahun lalu berdasarkan laporan BadzineTai menjadi pebulutangkis dengan pendapatan terbesar. Dari empat gelar (masing-masing dua gelar super series yakni di Taiwan dan Hong Kong serta dua lainnya super series premier Indonesia Open dan Superseries finals), Tai membawa pulang tak kurang dari 271.025 dollar AS atau setara Rp 3,64 miliar. Pendapatan Tai ini melebihi para pemain muda China yang sedang naik daun.
Patut dicatata angka tersebut murni dari uang hadiah. Itu belum termasuk pendapatan dari sponsor, gaji di tim nasional dan honor mengikuti turnamen lainnya. Bila dijumlahkan tentu pendapatan Tai Tzu-ying membengkak.
Meski telah bermandi kekayaan dan prestasi Tai Tzu-ying tetap merendah. Sifat dan pembawaan aslinya tidak berubah. Seperti diakui sang ibu, Hu Jung, di tengah sorotan kamera dan perhatian pasang mata, putrinya tetap rendah hati dan kadang-kadang malu. Hal ini diakui pula oleh media-media Taiwan.
"Dia jarang pergi ke pesta perjamuan pernikahan karena dia takut orang akan berfoto dengannya.”
Sekalipun Tai berusaha menghindari sorotan dan perhatian publik, semakin hari pilihan Tai untuk menghindar semakin sedikit. Sebagai pemain kebanggaan Taiwan hampir pasti Tai tidak bisa lepas dari sorotan dan perhatian luas, termasuk dari dunia secara keseluruhan.
Meski Tai sudah meraih begitu banyak gelar dan menyandang status nomor wahid, sang ayah tetap belum habis harapan.Tai Nan-Kai saat berbicara kepada media Taiwan berharap putrinya terus meningkatkan prestasi. Lelaki yang kini menjadi Sekretaris Jenderal Aosiasi Bulu Tangkis Kota Kaohsiung pun sudah menggantung rencana masa depan. Pada Olimpiade tahun 2020 nanti ia akan turut serta ke Tokyo, Jepang menyaksikan dari dekat putrinya bertanding.