Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola Wanita Indonesia dalam Kumpulan Terbuang

3 April 2017   13:18 Diperbarui: 4 April 2017   15:26 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papat Yunisal, wanita semata wayang di Exco PSSI/juara.net

Sasaran dari turnamen itu adalah memantik hadirnya liga sepak bola putri di Indonesia yang tentu saja memacu klub-klub atau daerah-daerah menggerakan pembinaan para pemain putri. Pada waktunya nanti para pemain terpilih akan mewakili Indonesia di sejumlah turnamen internasional.

Tentu saja terselenggaranya turnamen  walau jauh dari publikasi luas ini menjadi kabar baik. Ibaratnya oase di tengah kegersangan sepak bola wanita dalam negeri. Lebih tepat lagi fajar harapan kebangkitan sepak bola putri. 

Namun contoh baik itu perlu disambut dengan turnamen atau kompetisi resmi lainnya, didukung oleh sistem dan regulasi yang jelas, serta ditopang oleh pengurus dari tingkat tertinggi hingga terendah yang terorganisir  dan kapabel dengan kinerja yang bisa diandalkan.

Papat Yunisal, wanita semata wayang di Exco PSSI/juara.net
Papat Yunisal, wanita semata wayang di Exco PSSI/juara.net
Tentu sulit mengharapkan kemajuan bila membiarkan Esti Puji Lestari, CEO Persijap Jepara bekerja sendirian menyelenggarakan turnamen seperti Piala Putri Nusantara itu. Begitu juga hanya menaruh asa tinggi dan ekpektasi lebih pada Papat Yunisal sebagai satu-satunya anggota komite eksekutif PSSI untuk menggedor kesadaran induk organisasi sepak bola nasional itu untuk membagi perhatian sama besar dan adil antara putra dan putri.

Semua harus bergerak. Siapa yang menginisiasi? Jawaban atas pertanyaan ini yang sekaligus menjadi harapan yakni PSSI dengan pengurus baru yang tentu saja diasumsikan memiliki semangat, mentalitas, orientasi, keberpihakan dan komitmen yang berbeda dengan era kegelapan sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun