Suatu sore di awal tahun. Masa liburan masih hangat, bertalian dengan hari keagamaan. Bisa dibayangkan bagaimana suasana pedesaan yang dihuni oleh para pemeluk teguh. Meski tidak sedarah, bertetangga sudah menjadi seperti bersaudara. Antarrumah bisa saling tahu apa yang telah, sedang dan akan dilakukan para penghuninya. Jadi tak sulit mengikuti perkembangan situasi di kanan-kiri kediaman.
Entah bagaimana persisnya itu bermula, namun yang sampai ke telingaku adalah suara panjang seperti histeria. Suara seorang wanita, lantas disambut oleh berjenis-jenis suara lainnya. Meski terdengar ramai, tetapi ada kata yang selalu berulang sama. “Ambulans..ambulans...”
Secepat kilat saya berlari ke luar menuju sumber suara. Benar, keramaian sudah terjadi di rumah mungil bercat biru yang berjarak hanya sepelempar batu. Agak aneh memang melihat orang merdesak-desakan di dalam rumah sempit. Mengerubungi seorang lelaki paruh baya yang terbaring lemah di dipan.
Ah namanya orang kampung dalam situasi apa saja selalu saja mau bersama. Mereka tidak tahu bahwa lelaki itu perlu pertolongan segera, setidaknya tidak semakin disiksa dengan kebisingan, bau pengap dan kasak kusuk. Untung sebelum semuanya terlambat, lelaki itu bisa segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Nah, ini salah satu kemajuan yang saya apresiasi, entah kepada siapa. Meski sangat jauh dari pusat kekuasaan dan ekonomi, fasilitas vital dan infrastruktur dasar itu ada.
Orang-orang mulai berwacana menyusul pertolongan yang diperoleh lelaki itu. Biasa, apa lagi yang dibicarakan kalau bukan soal sebab, akibat, hingga berbagai spekulasi yang dibumbui mitos di sana sini. Bila bisa disimpulkan pembicaraan itu tak lebih dari gosip warung kopi.
Baru beberapa jam kemudian saya mendapatkan informasi yang valid. Lelaki itu mengalami masalah pada paru-paru sebelah kanan. Rasa sesak di dada kiri beberapa jam lalu sempat membuatnya tak nyaman hingga memancing butiran keringat keluar dari pori-pori di sekujur berteriak ketakutan. Bisa saja ingatan mereka langsung memutar kembali tontotan sinetron yang selalu disaksikan saban sore. Ekpresi seperti itu mendapatkan padanannya pada tokoh-tokoh sinetron yang berakhir naas tak lama kemudian.
Meski begitu seturut anjuran dokter, kondisi lelaki itu masih harus dipastikan lebih jauh. Ia dianjurkan melakukan pemeriksaan pada dokter spesialis paru. Kemudian didapati hasil uji laboratorium bahwa ada peradangan di paru-paru sebelah kiri.
“Anis harus kontrol setiap dua minggu sekali, juga rutin minum obat dan vitamin setiap hari,”suara parau Dince merayapi telingaku. Dince adalah wanita yang 15 tahun terakhi menamani Anis dengan ketiga anak mereka.
Mendapat informasi rinci soal penanganan penyakit tersebut membuat hati saya tenang. Anis, meski 15 tahun lebih tua, adalah kawan bercerita yang baik setiap kali saya kembali merantau. Istri dan anak-anak mereka sudah saya angga seperti saudari dan saudara kandung.
Tetapi suara parau Dince mengatakan hal mendasar. Prasyarat kesembuhan itu harus ditebus dengan pengorbanan tidak sedikit. Selama 7 hingga 8 bulan, atau bahkan setahun, Anis harus menjalani masa pengobatan dengan kontrol rutin dwi mingguan, plus obat dan vitamin saban hari. Menghitung berapa kali konsultasi yang dilakukan, berapa banyak obat dan vitamin yang harus diminum lantas dikalikan dengan rupiah, akan mendapatkan angka nol berderet-deret.
Itu baru satu soal. Masih ada soal lain. Dokter menyarankan agar Anis sebaiknya berhenti bekerja sementara setidaknya selama tiga bulan pertama agar proses penyembuhan bisa berjalan cepat, dan lebih dari itu menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa terjadi sesewaktu.
Tulang punggung keluarga, pencari nafkah semata wayang harus berhenti bekerja dalam waktu yang tidak singkat di satu sisi. Di sisi lain harus mengeluarkan biaya rutin tidak sedikit. Keduanya menyatu sebagai bencana yang siap memporak-porandakan stabilitas dan keamanan rumah tangga Anis.
Saya kemudian mendapatkan kenyataan bahwa Anis tetap nekat bekerja, dibantu sang istri yang semakin subuh berangkat ke pasar untuk berjualan dan harus tidur lebih malam setelah semua toples sudah penuh terisi aneka penganan. Entah bagaimana kondisi Anis sekeluarga saat ini karena tak lama kemudian saya harus menyudahi masa liburan.
Tanggap darurat
Saya bisa pastikan yang terjadi pada Anis adalah peristiwa tak terduga, kondisi yang hadir tanpa dikehendaki dan bisa saja tak disangka-sangka. Tetapi saya juga bisa memastikan bahwa kenyataan seperti itu bisa terjadi kapan, di mana, dan kepada siapa saja.
Tidak ada yang bisa memastikan bahwa segala sesuatu di bawah kolong langit akan berjalan dalam keteraturan yang stabil. Segala sesuatu yang bergerak dalam irama yang dinamis yang bisa dinikmati dengan senang hati. Ada saatnya keteraturan dan kestabilan itu memasuki fase uji coba dengan ketidakteraturan dan ketidaknyamanan untuk mencapai kesetimbangan baru. Adakah yang bisa menolak takdir sakit, memastikan kapan dipecat, perusahaan gulung tikar, usaha pailit, bencana sosial dan alam tak bakal datang mendekat? Tidak ada, selain Dia Maha Segala.
Anis adalah salah satu saksi hidup yang membuktikan sebagian kecil dari apa yang kita sebut sebagai peristiwa tak terduga, saat darurat. Dari Anis saya mendapatkan banyak pelajaran penting, tidak hanya menyadari adanya kemungkinan itu, dan tentu sudah pernah saya alami pula dalam wujud berbeda, juga bagaimana menyiapkan diri menghadapi situasi seperti itu.
Menjaga pola hidup sehat, penting. Tetapi tidak cukup. Bagaimana bersikap menghadapi keadaan darurat itu poin penting lainnya yang tidak bisa dielak. Lantas bagaimana cara menghadapi situasi tak terduga seperti itu?
Bagian ini mungkin berisi kompilasi pengalaman dan aneka referensi sehingga bisa menjadi penting atau tidak, relevan atau tidak bagi tiap-tiap pembaca.
Persiapan dana cadangan
Saya berasa dari keluarga sederhana, mungkin karena itu almarhumah ibu saya tidak akan pernah berhenti berceloteh sebelum saya selesai mempertanggungjawabkan setiap rupiah yang diberikan saban hari. Tidak hanya barang apa yang saya beli berikut manfaatnya tetapi juga berapa banyak sisa yang saya alokasikan untuk menabung.
Kelak dari sikap keras ibu saya perlahan saya memahami pentingnya disiplin keuangan, termasuk bagaimana menyiapkan dana cadangan. Menabung adalah salah satu cara untuk menghadapi setiap kemungkinan tak terduga yang bakal terjadi. Meski nilainya tidak seberapa, tetapi karena dilakukan secara teratur maka cukup membantu saat ada keperluan mendesak. Kemudian dari ajaran sederhana itu saya menjadi lebih mudah memahami dan menjalankan secara konsekuen berbagai bentuk tabungan dan investasi.
Dalam fungsi berbeda ditemukan pada kehidupan keluarga. Saya boleh katakan Anis adalah korban kemiskinan. Tetapi saya percaya dengan keyakinan orang sukses bahwa setiap orang bisa saja terlahir miskin, tetapi menjadi aib bila pada akhirnya harus mati dalam kemiskinan. Kemiskinan itu bukan takdir, kawan!
Sebuah keluarga memiliki alasan yang cukup untuk melindungi diri dan keluarga dari bencana keuangan atau financial disaster yang datangnya tidak diduga-duga. Anis tidak tahu kapan ia diserang radang paru-paru dan harus berhenti bekerja. Begitu juga tidak ada yang bisa meramal datangnya musibah ekonomi. Atau lebih parah lagi datangnya musibah yang membuatnya tidak bisa bekerja sama sekali karena menderita cacat total atau terserang penyakit kritis yang kemudian meninggalkan istri dan anak-anaknya sebagai yatim.
Perencanaan keuangan memang tak bisa menghindarkan kita dari setiap kemungkinan buruk itu. Tetapi perencanaan keuangan sangat membantu mengurangi dampak finansial dari peristiwa itu. Kita punya dana untuk membayar tagihan atau memenuhi kebutuhan sehingga kehidupan tetap berlangsung.
Selain itu perencanaan keuangan juga mendapatkan momentum pemanfaatannya saat kebutuhan besar menjemput di masa depan. Anggaran pendidikan, pernikahan, pembelian rumah, kendaraan, kesehatan, liburan hingga pensiun kelak. Dengan persiapan yang baik sejak dini maka kita bisa menghadapi setiap situasi itu dengan tenang, tanpa rasa khawatir karena harus dibelit utang, hingga cemas akan memberi beban kepada orang lain.
Investasi
Menabung itu salah satu cara investasi. Tetapi menabung itu membuat uang kita serasa menganggur. Ada bentuk investasi lain yang memungkinkan kita mendapatkan penghasilan pasif mulai dari valuta asing, saham, investasi emas, deposito, reksa dana, atau membeli aset produktif seperti apartemen atau kost.
Anak muda yang belum besar penghasilannya bisa memulai dengan investasi dalam skema reksa dana saham mulai dari Rp 100 ribu rupiah.
Disiplin keuangan
Ini terkait dengan dua bagian sebelumnya. Pengalokasian penghasilan untuk menabung atau investasi itu harus dilakukan dengan disiplin. Besarnya disesuaikan dengan kebutuhan agar stabilitas keuangan terjaga.
Skema pengalokasian berbeda-beda seperti dana sosial (2,5 – 10%), investasi (10 – 20%), piknik (< 10%), hiburan (< 5%), rumah Tangga (< 60%), edukasi (> 20%) dan proteksi/asuransi (< 10%).
Melindungi diri dengan asuransi adalah pilihan lain yang mungkin diambil. Di sini kita mengalokasikan sebagian penghasilan dalam bentuk tabungan perlindungan saat situasi darurat datang. Dengan memilih sistem proteksi yang tepat maka kemungkinan untuk mendapatkan perlindungan yang utuh semakin besar. Diri dan keluarga terlindungi, sementara bencana keuangan terhindarkan.
Salah satu keuntungan proteksi diri dengan asuransi adalah perlindungan cepat saat situasi darurat datang.Saat terserang sakit kritis dan sebagainya kita tidak perlu repot memikirkan untuk mendapatkan uang dari menjual aset misalnya. Dalam situasi tak berdaya ada polis asuransi yang siap membantu dengan atau tanpa perlu campur tangan langsung sang pemegang polis.
Zurich menjadi alternatif tepat untuk membantu setiap orang melindungi diri dari bencana. Sebagai perusahaan asuransi multi-lini terdepan, pengalaman melayani secara global dan lokal menambah legitimasinya sebagai mitra yang tepat.
Tersedia berbagai asuransi umum dan produk serta layanan asuransi jiwa, baik per individu, usaha kecil dan menengah hingga perusahaan besar. Pengalaman di lebih dari 170 negara dengan 55.000 karyawan membuktikan keandalan Zurich sebagai sahabat untuk tanggap risiko bencana.
Zurich juga menyediakan asuransi perjalanan yang telah terbukti menjadi teman perjalanan selama lebih dari 100 tahun. Perlindungan terhadap keadaan darurat medis, kehilangan tas Anda atau penerbangan tertunda bisa terlindungi risikonya.
Secara umum Zurich memberikan layanan yang cepat dan mudah baik saat membeli asuransi maupun mendapatkan manfaatnya. Silahkan hubungi 1500 987 atau membeli secara online dengan empat langkah cepat dan mudah di sini.
Mari belajar tanggap dari kasus Anis dan bersama Zurich mendapatkan perlindungan diri dan keluarga dari bencana yang selalu mengintai!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H