Kevin/Marcus ke puncak dunia
Indonesia tidak pernah absen mengirim wakil ke final All England sejak 2012. Setelah tahun lalu Praveen/Debby sukses merebut gelar, tahun ini giliran Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo naik podium tertinggi.
Di partai final unggulan lima ini sukses membungkam Li Junhui/Liu Yuchen asal China. Sebelum pertemuan ini Marcus/Kevin dibayangi rekor buruk di pertemuan sebelumnya di Vietnam Open 2015. Saat itu Li/Liu, unggulan enam, menang, 21-15 21-23 18-21.
Seperti yang ditunjukkan saat menumbangkan Mads Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding di semi final, kemenangan ini sekaligus merontohkan statistik pertemuan. Duo Mads dua kali menggulung Marcus/Kevin. Termasuk di babak perempat final All England 2015 dengan skor 11-21 21-10 dan 13-21. Namun kali ini keduanya balas dendam menggasak wakil Denmark itu dalam laga berdurasi 69 menit, yang berkesudahan 19-21 21-13 dan 21-17.
Menghadapi Li/Liu, Marcus/Kevin bermain tenang dan fokus. Kepercayaan diri keduanya benar-benar terlihat sejak awal. Menyata dalam permainan taktis dan agresif. Meski pemain China terkenal ulet dan tak mudah menyerah, Marcus/Kevin tak pernah kehabisan akal untuk mendapatkan poin. Smes kencang dipadu dengan tipuan-tipuan mematikan menjadi bagian dari penampilan ciamik mereka. Juara Australia dan India Open 2016 itu hanya butuh 36 menit untuk memastikan gelar juara dengan skor 21-19 dan 21-14. Kemenangan straight set itu berbuah gelar super series premier kedua setelah di China Open tahun lalu.
Menyusul kemenangan per 16 Maret nanti, keduanya berada di puncak rangking dunia, melampaui prestasi Oktober tahun lalu di urutan dua dunia. Tambahan 11.000 poin membuat perolehan poin keduanya menjadi 73.051 uggul atas pasangan Malaysia, Goh/Tan dengan 72.467.
Kekalahan Li/Liu menambah pukulan bagi China yang harus pulang dengan satu gelar setelah peluang menambah gelar di tunggal putra kandas. Hasil  ini mengulangi pencapaian tahun lalu dimana Lin Dan berhasil menyelamatkan muka Negeri Tirai Bambu itu yang merebut tiga gelar di tahun sebelumnya.
Patut dicatat pencapaian China kali ini sekaligus meninggalkan catatan bagi sektor ganda putri. Untuk pertama kali sejak 1996 tanpa wakil China di final. Setelah 20 tahun, tahun ini mahkota itu menjadi milik Korea Selatan melalui Chang Ye Na/Lee So Hee . Unggulan empat ini berhasil menggagalkan satu-satunya harapan Denmark, Kamillla Rytter Juhl/Christina Pedersen. Kamilla/Christina yang dijagokan ditempat kedua menyerah dua game langsung 21-18 dan 21-13. Kekalahan ini tentu mengecewakan pasangan senior Denmark itu. Selain semakin tertinggal dalam catatan pertemuan menjadi 1-3, juga gagal mengulangi hasil baik di pertemuan terakhir di Olimpiade Rio 2016.
Duel sengit antara dua pemain muda menutup babak final. Unggulan teratas dari Taiwan Tai Tzu Ying menghadapi Ratchanok Intanon (5) asal Thailand. Tai berhasil membuktikan statusnya sebagai ratu bulu tangkis dunia dengan memenangkan pertandingan alot dengan skor akhir 21-16 dan 22-20. Statistik pertemuan kedua pemain itu pun imbang dalam 14 pertemuan.
Dengan demikian tahun ini distribusi gelar merata, China, Malaysia, Korea Selatan, Indonesia dan Taiwan berbagi gelar. Taiwan adalah muka baru seperti Rusia tahun lalu mengejutkan dunia melalui ganda putra Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov. Sementara Jepang tahun ini kehilangan dua gelar, tidak hanya dari nomor tunggal putri melalui Nozomi Okuhara juga ganda putri setelah jagoannya Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi gagal menunjukkan kelasnya.
Indonesia masa depan