Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

[Mudasiana] Jokowi dan Sejarah pada Sepotong Jeans

11 Maret 2017   20:53 Diperbarui: 12 Maret 2017   06:00 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
James Dean sebagai Jim Stark tampak dengan jeans di film Rebel Without Cause

Mula-mula ia membuat sepotong celana kerja dari kanvas untuk tenda. Celana berwarna coklat itu dijual seharga 22 sen dolar kepada seorang buruh tambang. Lantas menarik minat penambang lainnya.

Meski kuat, celana buatan Levi kurang nyaman karena bahannya kaku. Ia pun mengganti bahan celana dengan kain yang lembut tetapi kuat. Di Eropa orang menyebutnya “serge de Nimes (kain serge dari Kota Nimes, Prancis). Orang Amerika menyebutnya denim.

Kain tersebut sebenarnya dibuat di Genoa, Italia, disebut gene fustian.Konon nama tersebut susah diucapkan maka orang Amerika menyebutnya jeans. Agar tidak cepat kotor, Levi mencelup kain itu dengan indigo atau nila sehingga berwarna biru. Istilah “blue jeans” pun muncul.

Dari buruh tambang, produk Levi pun terkenal di kalangan penggembala ternak atau “cowboy.” Para koboi yang menyukai celana ketat, mungkin agar bentuk pahanya lebih terlihat, merendam celana tersebut agar sebelum dipakai. Sementara para pekerja tambang merasa perlu memiliki saku-saku celana yang kuat menahan tekanan palu dan biji-biji emas.

Jacob Davis, penjahit dari Kansas City mengajari Levi memasang paku-paku pada ujung jahitan saku. Kemudian hadirlah sebuah paku pada jahitan di selangkangan celana agar tak mudah sobek bila berjongkok.

Levi Strauss dan jeans/www.poandpo.com
Levi Strauss dan jeans/www.poandpo.com
Coba bayangkan kehadiran paku di selangkangan? Levi pun menghilangkan paku atau menggantinya dengan yang berukuran kecil dan pipih.

Dari situ usaha Levi berkembang. Ia meninggal pada 1902. Sebelum meninggal, Levi mungkin tak membayangkan ziarah panjang temuannya,yang jauh lebih panjang dari perjalanannya dari Jerman, tanah kelahirannya menuju New York, lantas berakhir di San Fransisko.

Bermula dari kalangan buruh tambang dan penggembala, jeans kemudian singgah di butik-butik kenamaan, dikenakan orang-orang terkenal, terpampang di majalah mode kelas atas, dan akhirnya merambah dunia.

Dari semula seharga puluhan sen, lantas berkembang berjuta-juta kali lipat. Dari semula dengan warna dan desain monoton, kemudian dimodifikasi dan ditambah sentuhan artistik, yang tentu saja sesuai zamannya, hingga era sekarang. Dari semula diproduksi secara terbatas karena keterbatasan teknologi kini hadir dalam jumlah tak terkira beriringan dengan perkembangan teknologi yang gilang-gemilang.

Dari semula tanpa maksud apa-apa selain agar kuat dipakai, lantas menjadi simbol status sebagai "haute couture" atau “high sewing”atau “high fashion” dan penunjuk karakteristik kelompok tertentu, kemudian menjadi masal.

Dan kini jeans tidak lagi mengacu pada celana semata tetapi juga jaket, baju dan terusan, dan lain-lain. Ia tidak lagi menjadi milik segelintir orang yang mencirikan kesan berbeda dari yang lain, tetapi sudah bisa dipakai dan dimiliki siapa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun