Seperti namanya, soto kuning menjadi menu andalan Pak Yusuf. Disebut soto kuning karena warna kuning pada kuah yang berasal dari kunyit. Meski begitu kuah soto ini adalah hasil dari rebusan daging dan kaki yang kaya akan kaldu. Ditambah sekitar 10 bumbu mulai dari daun salam, sere, kayu manis, jahe, bawang putih, lada, cengkeh, hingga pala, maka dihasilkan soto yang nikmat dengan kandungan gizi tinggi. Proses pemasakan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga kualitas kuah yang memakan waktu sekitar satu jam.
“Awalnya belum dapat solusi bumbu terbaik. (Berusaha) Bagaimana supaya kuah itu enak, pagi dibuat sampai malam tidak basi dengan tanpa bahan pengawet,”bebernya.
Formula yang kemudian ditemukan itu tidak hanya sekadar membentuk sebuah komposisi yang bertahan dari tahun-ke tahun. Bawang putih sengaja dipakai untuk menghilangkan bau amis. Sementara kayu manis berfungsi untuk menurunkan kolesterol. Komposisi tersebut meyakinkan pelanggan untuk menikmati menu yang berisikan sekitar delapan macam mulai dari jeroan sapi seperti babat (isi perut), otak, lidah, paru-paru, kikil atau kaki hingga daging, dan tulang muda.
Setiap pelanggan bebas memilih bagian yang diinginkan. Bila ingin mencicipi semua bagian tersebut bisa mengambil paket spesial. Pengunjung pun akan mendapatkan satu porsi besar soto kuning ditambah irisan tomat.
Rasa gurih kuah soto langsung terasa saat pertama kali mendarat di lidah. Potongan-potongan daging segar terasa jelas karena tanpa bahan pengawet. Sama sekali tidak tercium bau amis jeroan karena telah tersaput bawang putih dan proses pengolahan yang bersih dan teliti.
Bila ingin memperkuat rasa tertentu silahkan tambahkan jeruk nipis, garam atau sambal. Satu porsi besar itu cukup untuk ukuran orang dewasa. Pak Yusuf pun sengaja menyediakan perkedel, dan emping jengkol untuk melengkapi semangkuk soto kuning bersama sepiring nasi. Tambahan segelas es jeruk sudah lebih dari cukup melengkapi paket istimewa itu.
Saat rombongan Kompasianer “gerebek” ke tempat tersebut, hanya terlihat beberapa pengunjung tengah menghabiskan sisa makanannya. Tak berapa lama kemudian sepi. Namun menurut Pak Yusuf saban hari lapak yang mampu menampung 100 tamu itu selalu ramai.
Meski tidak terlalu dekat di hati warga setempat, harum dan nikmatnya soto kuning Pak Yusuf lebih tercium jelas di luar Kota Bogor. Pengunjung yang datang kebanyakan dari luar Bogor seperti Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung hingga luar pulau Jawa.
“Ada langganan khusus dari Kalimantan dan Medan setiap kali datang ke Bogor pasti mampir,”ungkap pria kelahiran 21 Juni 66 tahun lalu yang masih terlihat segar itu.