Setelah tiga tahun di Madrid, Kopa memutuskan kembali ke Prancis utara, tempat dari mana ia berasal, meski klub ibu kota Spanyol itu siap melipatgandakan gajinya. Alasannya ia tidak ingin kehilangan tempat di tim nasional bila terus bermain di luar negeri.
Kembali ke Reims, ia berpasangan lagi dengan Fontaine, yang kemudian dibeli Madrid untuk menggantikannya, merebut dua gelar pada 1960 dan 1962. Cedera dan beberapa persoalan dengan pihak manajemen menjadi hantu yang mulai mengusik permainannya.
Ia masih bermain untuk Reims hingga 1967, membantu tim tersebut kembali ke Divisi Utama setelah dua tahun di level dua. Setelah itu ia memutuskan gantung sepatu dan fokus menjalankan bisnis pakaian olahraga.
Kopa menghabiskan masa tuanya di Korsika (bahasa Perancis: Corse; bahasa Korsika: Corsica), pulau terbesar keempat di Laut Tengah yang berada di sebeleh tenggara Prancis. Ia masih terus bermain bola setiap hari Minggu hingga usia tujuh puluhan.
Kepergian Kopa mendatangkan kesedihan bagi banyak pihak. Real Madrid melalui sang presiden Florentino Perez seperti dilansir tribalfootball.com,mengaku klub benar-benar kehilangan madridista sejati. Begitu juga sang pelatih utama, Zidane yang melihat sosok Kopa jauh melebihi seorang psepak bola. “Dia menunjukkan kami jalan sebagai pemain dan manusia,”ungkap Zidane tentang Kopa yang beristrikan Christiane Bourrigault, adik dari rekan setimnya di Angers.
Adieu Kopa..sampai jumpa di keabadian!