Bagaimana peluang para pemain tunggal Indonesia? Mundurnya Jonatan Christie membuat kekuatan Indonesia di nomor ini berkurang. Kondisi kesehatan Jojo yang tidak prima, terserang flu dan asma, memupuskan harapannya tampil lagi setelah di edisi sebelumnya hanya mampu bertahan hingga babak pertama.
Jojo sejatinya akan menantang Axelsen di laga pertama. Absennya Jojo membuat barisan pemain muda Indonesia menyisahkan Ihsan Maulana Mustofa dan Anthony Sinisuka Ginting. Tahun lalu keduanya gagal melangkah ke babak utama setelah tersisih di fase kualifikasi. Saat itu Anthony dihentikan Sameer Verma dari India dan Ihsan dipecundangi Jojo.
Kali ini langkah keduanya kembali bermula di babak kualifikasi. Ihsan akan menantang Kenta Nishimoto dari Jepang, sementara Anthony berjumpa Sourabh Verma dari India. Anthony dan Verma belum pernah bertemu namun pemain asal India itu tetap patut diwaspadai.
Sementara Ihsan pernah sekali bertemu Nishimoto di Taiwan Open 2014. Kala itu Ihsan menang dua game langsung 21-19 dan 21-11. Namun pemaian 22 tahun itu semakin matang seperti ditunjukkan di kejuaraan beregu campuran, Asia Mixed Team Championships di Vietnam beberapa waktu lalu. Kenta tampil sebagai pahlawan Jepang untuk membawa pulang trofi kejuaraan yang baru pertama kali digelar itu.
Seperti para pemain muda itu, langkah dua pemain senior Tommy Sugiarto dan Sony Dwi Kuncoro juga tidak mudah. Meski langsung tampil di babak utama, lawan keduanya di partai pertama tidak bisa dipandang sebelah mata.
Tommy akan menghadapi Tian Houwei dari China. Tommy yang kini berada di rangking 16 dunia sudah empat kali bertemu pemain 25 tahun itu. Mengulangi catatan negatif di pertemuan pertama, dalam dua pertemuan terakhir Tommy kalah dua game langsung. Pada pertemuan terakhir dua tahun lalu di Denmark Open, Tommy menyerah 21-14 dan 21-14 dari pemain yang kini berperingkat tujuh dunia itu.
Sony pun harus bekerja keras di laga pertama. Pemain kelahiran Surabaya 32 tahun lalu itu akan menjajal kekuatan Son Wan-ho. Keduanya sudah tiga kali bertemu dengan catatan kemenangan terbanyak di pihak Sony. Satu dari dua kemenangan diraih Sony di Singapura Open tahun lalu. Saat itu Sony menumbangkan pemain 28 tahun itu di laga pamungkas, 16-21 21-13 14-21, setelah di babak sebelumnya mengalahkan Lin Dan.
Kemenangan tersebut menjadi titik balik kembalinya Sony. Meski tak muda lagi semangatnya untuk kembali ke jalur persaingan pebulutangkis dunia masih menyala. Termasuk mengulangi pencapaiannya di All England dengan prestasi terbaik tiga kali mencapai babak perempat final di tahun 2004, 2007, dan 2008.
Dari peta kekuatan yang ada, sulit memang mengharapkan gelar dari nomor ini. Indonesia masih harus menanti penerus Haryanto Arbi yang merebut gelar juara pada 1993 dan 1994. Arbi adalah juara terakhir dari Indonesia, setelah Ardy Wiranata (1991), Liem Swie King (1978, 1979 dan 1981), Rudy Hartono (1968-1974, 1976), dan jauh sebelum itu Tan Joe Hok (1959).
Mengutip Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti, bersikap realistis adalah pilihan terbaik. Target perempat final bisa saja terlalu berlebihan, meski tidak salahnya mengharapkan hasil terbaik. Seperti dikatakan peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 kepada Kompas,2 Maret 2017, hal.28, “Setidaknya, mereka bisa tampil lebih bagus dibanding tahun lalu.”