Pertemuan Lin Dan dan Chong Wei tentu menjadi salah satu pertarungan klasik yang layak dinanti. Ibarat Barcelona versus Real Madrid di La Liga begitu juga rivalitas keduanya yang ditunggu-tunggu. Meski begitu tingkat persaingan di antara mereka sama sekali tak menguburkan tali persahabatan di antara keduanya-plus rekan seangkatan seperti Peter Gade dan Taufik Hidayat, yang selalu hangat seusai laga atau di luar arena, tidak seperti Barcelona dan Real Madrid dengan tembok gengsi yangbegitu tinggi dan kokoh memisahkan keduanya mulai dari dalam hingga menjangkau para pendukungnya.
Lin Dan dan Chong Wei telah mengoleksi sembilan gelar namun keduanya sudah lama tidak bertemu di All England sejak partai final 2012 saat Chong Wei menarik diri. Dari total 36 kali pertemuan di aneka turnamen bergengsi, keduanya hanya bertemu tiga kali di All England.
Dengan jarak peringkat antara keduanya yang kini terpaut lima strip maka sudah pasti sulit mengharapkan pertemuan keduanya di laga pamungkas. Bila langkah keduanya tak dijegal maka pertemuan keduanya bisa lebih dini dari yang diharapkan.
Lin Dan kini berada di rangking enam dunia akan mengawali kiprahnya menghadapi pemain muda Malaysia Zulfadli Zulkiffli. Sementara Chong Wei yang tersisih di babak pertama tahun lalu akan menghadapi pemenang dari babak kualifikasi di laga pertama.
Besar kemungkinan Super Dan akan menghadapi pemain China unggulan tujuh Tian Houwei di perempat final dan pemain nomor empat duna dari Korea Selatan, Son Wan-ho sebagai lawan potensial di semi final.
Meski tak ada final klasik kali ini, kita masih bisa mengharapkan final ideal lainnya. Peluang terulangnya final Olimpiade Rio terbuka. Lee bisa membalas dendamnya pada Chen Long bila saja keduanya terus melaju hingga puncak.
All England kali ini tidak hanya menjadi panggung pertemuan dan pertarungan para mantan juara. Keberadaan para pemain muda patut diperhitungkan. Semangat dan tingkat kebugaran yang lebih membuat para pemain muda itu siap bersaing dengan para pemain senior. Belum lagi beberapa pemain muda menempati daftar unggulan sebagai cerminan potensi dan keandalan mereka.
Selain Son Wan Ho, Viktor Axelsen adalah salah satu yang pantas disebut. Pemain 23 tahun ini kian teruji dan makin matang dari waktu ke waktu. Di dua edisi terakhir ia mampu melangkah hingga babak delapan besar.
Pengalaman dan jam terbang yang semakin bertambah tentu menambah kematangannya untuk penampilan kali ini. Viktor sudah menunjukkan diri sebagai pemain masa depan Denmark paling menjanjikan sekaligus ancaman bagi para pemain senior di All England kali ini.
Pemain yang dijagokan di tempat ketiga ini adalah peraih medali perunggu Olimpiade Rio usai menghempaskan Lin Dan. Di tingkat Eropa ia adalah penguasa. Juara Eropa ini pun menjadi aktor penting di balik trofi Piala Thomas pertama yang menghiasi lemari gelar negaranya.