Pengurus baru PBSI belum lama bekerja. Sektor tunggal putri yang selama ini menjadi bulan-bulanan mulai dibenahi. Selain memberi porsi lebih kepada para pemain muda untuk menempati pelatnas utama dan pratama, jajaran pelatih di sektor ini pun diisi muka-muka baru.
Minarti Timur, mantan spesialis ganda campuran dipulangkan dari Filipina, mengisi pos baru di pelatnas sebagai asisten pelatih tunggal putri utama. Peraih perak Olimpiade Sydney 2000 bersama Tri Kusharyanto itu akan bekerja di bawah arahan pelatih kepala yang saat ini belum diumumkan. Selain Meme, sapaan Minarti, ada pula Jefffer Rosobin dan Herli Djaenudin yang menangani tunggal putri pratama.
Dua turnamen grand prix gold di awal tahun ini, masing-masing di Malaysia dan India yang baru saja berakhir, Minggu (29/1) kemarin, menjadi awal kiprah tim pelatih beserta anak-anak asuh mereka. Hasilnya menggembirakan. Betapa tidak di Malaysia, dua tunggal putri berhasil lolos hingga ke perempat final. Mereka adalah Fitriani dan Dinar Dyah Ayustine.
Sepekan kemudian Fitriani mampu memperbaiki penampilannya di India. Bersama dua rekan lainnya Hanna Ramadini dan Gregoria Mariska, mereka menguasai semi final, mengepung unggulan pertama sekaligus jagoan tuan rumah P.V Sindhu. Meski Fitriani kemudian kalah dari Sindhu, Indonesia berhasil meloloskan satu wakil ke partai final. Gregoria yang baru berusia 17 tahun menantang Sindhu yang lebih kaya pengalaman dan jam terbang di partai pamungkas. Patut dicatat Sindhu adalah pemegang medali perak Olimpiade Rio 2016.
Final India GPG menjadi pencapain tersendiri bagi Gregoria. Sekaligus catatan positif bagi sektor tunggal putri. Meski akhirnya Gregoria kalah dari Sindhu dua game langsung, setidaknya hasil yang ditorehkan tiga pemain masa depan itu membangkitkan optimisme.
Setelah pertandingan final India GPG, Meme memberikan evaluasi penting kepada anak asuhnya. Menurut wanita yang berkarir di Filipina sejak 2003 itu, Jorji, sapaan Gregoria tampil kurang tenang. Ia terlalu terburu-buru sehingga kerap melakukan kesalahan sendiri. Belum lagi mentalnya masih labil saat menghadapi dukungan penuh publik tuan rumah.
“Dukungan penonton tuan rumah membuat Grego kurang bisa fokus, buangan bolanya banyak yang tanggung jadi disambar cepat sama Sindhu.”
Mantan tandem Bambang Supriyanto, dan Sandiarto itu melanjutkan, “Semestinya kalo Grego bisa main lebih tenang dan sabar, dan fokus, akan bisa memberikan perlawanan lebih.”
Walau belum mampu meraih gelar, Meme melihat adanya perubahan, meski ia sendiri belum yakin disebut kemajuan. Setidaknya Meme menemukan banyak hal bagus yang ditunjukkan para srikandi masa depan ini.
“Kalau dibilang progressya belum. Cuma dari dua pertandingan kemarin saya lihat anak-anak bermain cukup bagus. Semangat juang pantang menyerah juga lumayan, juga berani mencoba pola main mereka sendiri.”
Meski begitu masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi. Ini baru awal, baru dua pertandingan. Itu pun masih level bawah. Untuk bisa bersaing dengan para pemain dunia lainnya masih ada proses panjang yang harus dilewati.