Pengakuan Pep itu ada benarnya juga. Setelah meninggalkan pekerjaan di Jerman bersama Bayern Muenchen, Pep belum juga lepas dari bayang-bayang kebesaran tiki-taka. City tidak hanya butuh permainan yang indah, tetapi juga poin. Liga Inggris bukan menjadi ladang subur untuk menabur permainan dari kaki ke kaki dan penguasaan bola bukan rumus utama menghasilkan poin. Sekali lagi Tottenham yang mempecundangi mereka adalah bukti!
Dalam situasi seperti ini Pep terus menyesuaikan diri. Bongkar pasang terutama di lini belakang terus saja terjadi. Kontra Spurs ia membangkucadangkan John Stones, bek tengah yang bernasib sama seperti Bravo. Aleksandar Kolarov yang menggantikan Stones pun tampil tidak lebih baik. Bisa dimaklumi Kolarov buruk, karena sejatinya ia adalah bek sayap, bukan bek tengah.
Jadi sebenarnya siapa kambing hitam buruknya performa City, yang mebuat tim ini harus kehilangan delapan poin di empat laga terakhir dan kini terpaku di peringkat kelima? Jangan-jangan bukan City yang bermain buruk tetapi tim-tim lain telah jauh lebih padu dan berkembang. Bisa juga seperti Guardiola katakan ekspektasi publik kepadanya dan tim terlalu tinggi di awal musim.
“Saat ini Anda baru sadar bukan? Nyatanya kami masih membangun diri dan saya akan terus mengupayakan itu.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H