Setelah menanti beberapa lama, Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) periode 2016-2020 akhirnya resmi bekerja usai dilantik Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Tono Suratman, di Hotel Century, Jakarta, Kamis (19/1) pagi WIB. Seremoni yang dihadiri pula Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi itu menadai berakhirnya masa kepengurusan Gita Wirjawan yang menyerahkan tongkat estafet kemimpinan induk organisasi bulu tangkis Indonesia itu kepada Jenderal (Purn) TNI Wiranto dan jajarannya.
Wiranto yang terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Nasional PBSI di Surabaya, Jawa Timur, 31 Oktober tahun lalu akan menjalankan roda organisasi yang menaungi salah satu cabang olahraga yang telah terpatri dalam sejarah bangsa dan menjadi andalan di tingkat global. Selama empat tahun ke depan, Wiranto cs akan menunaikan amanah dan harapan masyarakat Indonesia yang merindukan kembalinya kejayaan bulu tangkis tanah air. Belakangan nomor tunggal umumnya dan sektor putri khususnya hilang dari persaingan menyusul minimnya bibit unggul.
Dalam sambutannya saat pelantikan, pensiunan bintang empat itu mengaku siap memikul tanggung jawab yang tidak ringan itu. Komposisi pengurus yang terbentuk pun dengan sengaja menggabungkan 'muka lama' yang dinilai berpengalaman dan telah berprestasi serta 'wajah baru' yang diharapkan membawa kesegaran dan harapan baru.
"Kami akan melakukan langkah-langkah organisasi untuk mewujudkan tekad mengembalikan kejayaan bulu tangkis. Saya tidak akan banyak bicara, tetapi mau bekerja dan akan mengevaluasi hasil yang bisa kami sumbangkan untuk bulu tangkis Indonesia," beber sosok yang juga menjabat Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan dikutip dari badmintonindonesia.org.
Sempat disinggung sebelumnya, Wiranto kembali menegaskan program pertama yang akan dilaksanakan. Pembenahan dan peremajaan sarana dan prasarana di Pelatnas Cipayung akan dikedepankan. Hal ini penting untuk memberikan kenyamanan, keamanan dan semangat kepada para pemain dan pelatih.
Sejatinya tidak hanya sarana fisik yang patut dibenahi. Program latihan yang mengedepankan sport science misalnya harus menjadi prioritas. Tentang ini dan hal-hal terkait pembinaan dan prestasi akan menjadi tugas Susi Susanti sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Binpres).
Wiranto mempercayakan posisi penting ini kepada peraih medali emas tunggal putri Olimpiade 1992 itu menggantikan Rexy Mainaky yang kini menjadi kepala pelatih Pelatnas Thailand. Pada banyak kesempatan Susi mengakui bahwa tugasnya sangat berat. Terlebih masuknya Susi dalam jajaran kabinet melahirkan ekspektasi tinggi terhadap sektor putri yang jelas tertinggal dari negara-negara lain dengan jurang regenerasi yang dalam.
Langkah awal pun sudah dilakukan istri Alan Budikusuma ini. Melakukan evaluasi terhadap program pembinaan dan staf kepelatihan. Beberapa perubahan pun dilakukan dalam jajaran tim pelatih. Pelatih kepala tunggal putri hingga kini masih misteri. Bisa jadi Susi benar-benar mempertimbangkan secara matang sosok yang nantinya diharapkan bisa membangkitkan sektor yang menjadi sorotan ini.
Dalam hal pembinaan, Susi kembali menghidupkan Pelatnas Pratama yang berada satu tingkat di bawah Pelatnas Utama. Setidaknya akan ada tiga lapis pemain yang akan disiapkan dalam rantai regenerasi.
“Pemilihan atlet pratama dilihat dari kriteria usia, potensi, semangat dan attitude. Pemain-pemain junior punya waktu yang masih panjang karena usia mereka masih muda, ini menjadi prioritas kami karena kami juga ingin ada regenerasi, paling tidak ada pemain lapis pertama (elit), lapis kedua dan lapis ketiga,” ujar wanita kelahiran 11 Februari 45 tahun silam.
Selanjutnya Piala Sudirman yang kali ini di Gold Coast, Australia, pada 21-28 Mei nanti. Ini adalah kejuaraan beregu campuran bergengsi. Meski memakai nama salah satu pahlawan nasional Indonesia, Merah Putih baru satu kali keluar sebagai juara yakni tahun 1989. Artinya nyaris tiga dekade kita memeram kerinduan untuk membawa pulang trofi itu ke tanah air.
Tak kalah prestisius adalah Kejuaraan Dunia atau BWF World Championships bertempat di Glasgow, Skotlandia, 21-27 Agustus mendatang. Ajang ini berbarengan dengan penyelenggaraan SEA Games di Kuala Lumpur, Malaysia. Sudah pasti di pesta olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara itu peluang memainkan para pemain muda seperti edisi sebelumnya terbuka lebar.
Sementara para pemain senior akan berjibaku di turnamen tahunan yang sempat vakum tahun lalu lantaran berbarengan dengan Olimpiade Rio de Janeiro. Pada edisi terakhir yang dihelat di Jakarta Indonesia berhasil merebut satu medali emas dan tiga medali perunggu. Medali emas disumbangkan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Sementara tiga medali perunggu dari Lindaweni Fanetri (tunggal putri), Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari (ganda putri) dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Secara keseluruhan Indonesia berada di urutan kedua di belakang Tiongkok yang merebut 3 emas, 2 perak dan 1 perunggu.
Hendra dan Ahsan telah bercerai dan kini Hendra meniti karir sebagai pemain profesional berpartner dengan Tan Boon Heong dari Malaysia. Harapan mempertahankan medali emas pun diletakkan kepada para pemain muda seperti Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang kini berada di rangking dunia serta Angga Pratama/Ricky Karanda (7).
“Saat ini kami sudah mempersiapkan atlet, terutama untuk kejuaraan All England yang paling dekat. Harapannya kita bisa kembali berjaya seperti dulu,” lanjut Susi.
Selain mengarahkan mereka untuk program jangka panjang, kepada mereka juga dibebankan target. Sistem evaluasi berkala, plus promosi dan degradasi di akhir tahun membuat para pemain muda tidak bisa berleha-leha.
Kejuaraan Asia Junior Championships menjadi sasaran terdekat. Turnamen tersebut akan digelar pada 1-9 Juli nanti. Pada edisi sebelumnya yang dihelat di Thailand, Indonesia hanya bisa mendulang satu perak dan satu perunggu masing-masing dari Gregoria Mariska (tunggal putri) dan Rinov Rivaldy/Apriani Rahayu (ganda campuran).
Kali ini target menyaingi Korea Selatan, dan terutama Tiongkok dipatok. Tahun lalu Negeri Tirai Bambu itu sangat digdaya, menjadi yang terbaik di nomor beregu serta memborong semua medali emas di kategori perorangan, ditambah dua perak dan empat perunggu.
Sasaran kedua adalah World Junior Championship yang akan kembali ke tanah air setelah menanti selama 25 tahun. Terakhir kali Indonesia menjadi tuan rumah yakni di Jakarta, dan tahun ini GOR Amongrogo, Yogyakarta akan menjadi tempat perhelatan kejuaraan elit di kelas U-19 itu.
Tahun lalu di Bilbao, Spanyol, penampilan Indonesia kurang memuaskan. Menempati peringkat lima di nomor beregu, serta hanya mampu merebut satu perak melalui tunggal putra Chico Aura Dwi Wardoyo dan sekeping perunggu, disumbangkan ganda putri Jauza Fadhila Sugiarto/Yulfira Barkah.
Bermain di kandang, ditambah sejumlah penyegaran di sana-sini diharapkan membuat para pemain masa depan kian bersemangat. Begitu juga para pemain utama. Bersama-sama pengurus baru dan didukung oleh pemerintah-tentu tidak untuk mengintervensi-seperti kata Menpora, mewujudkan cita-cita Wirano, juga harapan seluruh pencinta bulu tangkis tanah air.
Selamat bekerja Jendral cs!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H