Penghargaan Pemain Terbaik FIFA 2016 yang baru saja diperoleh, menjadi bentuk apresiasi atas pencapaian Crsitiano Ronaldo sepanjang setahun itu. Hal itu pun menunjukkan performa luar biasa pemain Real Madrid itu yang tak terbantahkan, dibandingkan dengan Lionel Messi, seteru abadinya, sekalipun.
Dibandingkan Messi, performa Ronaldo lebih baik. Statistik berbicara jelas. Sumbangan 42 gol dan 14 assist dalam 44 pertandingan di tingkat klub menjadi salah satu indikator. Catatan itu menunjukkan rerata gol Ronaldo yang mencengangkan, yang menempatkannya sebagai pencetak gol terbanyak Liga Champions 2015/2016 dengan total 16 gol. Jumlah tersebut hanya mampu disaingi striker Bayern Muenchen, Robert Lewandowski itu pun dengan selisih tujuh gol.
Sumbangsih gol Ronaldo di level klub juga berbuah trofi Liga Champions ke-11 bagi Los Blancos. Juga trofi Piala Dunia Antarklub. Meski tak mewujud banyak gol, mantan pemain Manchesster United itu sukses membawa tim nasional Portugal menjuarai Piala Eropa 2016. Heroisme dan tekad kuat Ronaldo untuk mengukir sejarah bagi negaranya sampai membuatnya tersedu saat harus ditarik keluar lapangan di partai final menghadapi tuan rumah Prancis.
Piala Eropa sekaligus mengantar Ronaldo selangkah di depan Messi, yang kembali gagal memimpin Argentina untuk mengakhiri paceklik gelar internasional. Seperti di edisi sebelumnya, Messi lagi-lagi tak mampu menyudahi “kutukan” bersama tim Tango, kala kembali bertekuk lutut di hadapan Chile, juara bertahan Copa America yang mampu mempertahankan kedigdayaan di tingkat Amerika Selatan dengan merebut trofi Copa America Centenario, seremoni seabad Copa America yang dihelat di Amerika Serikat, berakhir pada 27 Juni tahun tersebut.
Top skor dan trofi Liga Champions, berikut juara Eropa serta menjadi bagian dari klub terbaik sejagad melingkupi karir Ronaldo di tahun 2016. Kecemerlangan itu berbuah gelar FIFA Ballon d’Or pada Desember 2016 dari majalah France Football.Dan mengisi lembaran pertama ajang penghargaan FIFA untuk insan sepak bola dunia setelah tidak berafiliasi lagi dengan majalah sepak bola asal Prancis yang telah memulai seremoni itu sejak 1956.
Predikat terbaik, apalagi berbuah penghargaan individu untuk seorang pesepakbola masih sarat pro kontra. Argumen klasik yang menentang, sepak bola bukan kerja individu. Trofi atau gelar tidak diperoleh karena satu atau dua pemain sehingga tidak selalu pas penghargaan diberikan kepada para pemain dari posisi tertentu, untuk mengatakan para juru gedor atau pemain depan semata.
Entah mengapa para pemain depan nyaris selalu unggul dalam perburuan gelar. Namun penentuan itu tidak lahir dari proses instan apalagi sepihak. Seperti Ballon d’Or, kepada siapa Pemain Terbaik FIFA edisi pertama ini diberikan, melibatkan banyak insan baik yang terlibat sebagai pemain (diwakili oleh kapten tim nasional), pelatih atau manajer, maupun sejumlah wartawan sepak bola terpilih.
Untuk mendapatkan pemenang Pemain Terbaik FIFA 2016, banyak pihak terlibat. Voting dari kapten tim nasional dan manajer, wartawan terpilih serta untuk pertama kalinya melibatkan masyaraat luas melalui sebuah polling online.
Lagi-lagi terhadap voting dan polling itu banyak pertimbangan mengemuka dan tidak ditampik bersifat subjektif. Sebagai kapten timnas Portugal misalnya, Ronaldo lebih menjagokan rekan seklub, Gareth Bale, Luka Modric dan Sergio Ramos masing-masing di urutan pertama hingga ketiga.
Sebaliknya tidak ada nama Ronaldo dan satu pun pemain Real Madrid dalam daftar pilihan Messi. Kapten timnas Argentina itu menjatuhkan pilihan kepada tiga rekannya di Barcelona yakni Luis Suarez, Neymar dan Andres Iniesta.
Selain rivalitas Ronaldo-Messi dan kedua klub itu, preferensi terhadap pemain yang dikenal baik atau memiliki hubungan baik karena berasal dari negara yang sama atau pernah bermain bersama juga kental terasa. Seperti Wayne Rooney, kapten timnas Inggris, yang memilih pemain Leicester City dan rekannya di timnas, Jamie Vardy di posisi ketiga, alih-alih Messi untuk mendampingi Luis Suarez dan Ronaldo di daftar teratas.