Hal mencolok yang diakui Greysia ialah kematangan pukulan dan mental Chen yang luar biasa. “Teknik bermainnya tidak luar biasa. Namun, pukulan-pukulannya sudah matang. Kelebihannya, dia bisa mengendalikan emosi ketika berada pada posisi tertekan. Untuk pemain berusia 19 tahun, dia luar biasa,”ungkap Greysia dikutip Juara.net.
Chen pun menunjukkan prestasi seiring waktu. Tak hanya di ganda putri, di ganda campuran pun tidak butuh waktu lama bersama Zheng Siwei. Keduanya merajai turnaman Grand Prix Gold, Taiwan Terbuka pada Juli dan mendapat gelar super series pertama di Jepang Terbuka.
Di ajang super series berikutnya pada Oktober di Prancis, keduanya sukses mengulang prestasi. Bahkan Chen mampu mengawinkan gelar ganda putri bersama Jia Yifan.
Bila tahun lalu di turnamen penutup ini Tiongkok hanya membawa pulang satu gelar, maka kali ini bertambah satu. Luo Ying/Luo Yu sudah mendapatkan penerus dalam diri Chen/Jia yang mengibarkan panji Tirai Bambu di Dubai.
Seperti Indonesia, Jepang pun pulang tanpa gelar, tidak seperti tahun lalu yang menjadi juara umum setelah merajai nomor tunggal melalui Kento Momota (putra) dan Nozomi Okuhara (putri).
Tiongkok, Denmark, Taiwan, dan Malaysia mengakhiri tahun 2016 dengan senyum kemenangan. Bahkan tiga negara yang disebutkan di awal bisa menatap tahun baru dengan penuh optimisme melihat kiprah para pemain muda mereka di turnamen akhir tahun ini.
Bagaimana Indonesia? Selain angkat topi kepada para juara, Indonesia pun patut meniru prestasi regenerasi Tiongkok yang sudah jelas mengisyaratkan bakal kembali merajai segala lini.
N.B
Hasil pertandingan final BWF Superseries Finals 2016, Minggu (18/12):