Tinggal menghitung hari BWF World Super Series Final akan dihelat di Dubai, Uni Emirat Arab sejak 14-18 Desember mendatang. Ini merupakan turnamen pamungkas dari kalender BWF yang mempertemukan delapan pemain terbaik dari setiap nomor. Kedelapan pemain tersebut mencatatkan perolehan poin tertinggi dalam 12 event super series/premier yang dimulai sejak All England pada bulan Maret hingga Hong Kong Open Super Series pada akhir November.
Sejak pertama kali diagendakan oleh BWF pada 2007, turnamen yang semula bernama BWF Superseries Masters Finals untuk mengikuti ATP World Tour Finals di tenis dengan setiap turnamen Super Series dianggal sebagai “Grand Slam” itu, mengalami tantangan baik dalam hal peserta, tuan rumah dan pendanaan.
Mulanya tidak banyak negara yang antusias dengan turnamen ini. Selain karena waktu penyelenggaraan yang dianggap mepet dengan jadwal turnamen di awal tahun, tiadanya jaminan poin membuat banyak negara lebih memilih memberikan waktu libur atau istirahat kepada para pemain andalannya atau mempersiapkan diri untuk turnamen lain.
Selain itu BWF juga kesulitan untuk mencari sponsor yang bersedia menggelontorkan hadiah yang menggoda serta menentukan tuan rumah. Turnamen perdana yang sedianya dihelat di Doha, Qatar yang pada tahun sebelumnya menghelat Asian Games batal terlaksana.
Baru di tahun berikutnya turnamen ini baru bisa terlaksana di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia dengan menggandeng Yonex-Sunrise sebagai sponsor utama. Namun Malaysia tidak mengirimkan atletnya dengan dalih kelelahan setelah terlibat dalam aneka turnamen selama setahun.
Demikianpun di tahun berikutnya di Malaysia, tetapi bergeser ke Johor Bahru, Tiongkok tidak menyertakan para pemain terbaik seperti Lin Dan, Yu Yang, Wang Yihan dan sebagainya. Indonesia pun demikian. Dua ganda terbaik Hendra Setiawan/Markis Kido dan Nova Widiyanto/Liliyana Natsir malah diutus ke SEA Games 2009 di Laos.
Dalam perjalanan waktu, sejak 2010 BWF mulai menata turnamen ini menjadi lebih baik. Memberikan poin setara turnamen super series premier sejak 2011, meningkatkan hukuman denda dari 250 USD menjadi 5,000 USD kecuali cedera dan alasan penting lainnya.
Tak kalah menarik adalah memberikan ganjaran hadiah yang menggiurkan. Peningkatan hadiah signifikan tak lepas dari kerja sama sponsor BWF dan Dubai, Uni Emirat Arab yang sekaligus menjadi tuan rumah sejak kontrak kerja sama mulai berlaku pada 2014 dan akan berakhir pada 2017 mendatang.
Para pemenang akan membawa pulang total hadiah 1 Juta USD, meningkat dua kali lipat dari 500.000 USD sejak dua tahun terakhir. Jumlah hadiah tersebut paling banyak dari semua turnamen yang ada termasuk Indonesia Open Super Series Premier yang menyediakan hadiah sebesar 900 ribu USD.
Sejak 2011 kewajiban ikut serta bagi para pemain rangking 10 besar dunia mulai terlaksana dan hingga kini semakin bergengsi dengan hanya memberi tempat kepada delapan pemain terbaik dan setiap negara hanya boleh mengirim dua wakil. Namun persoalan tampaknya akan kembali muncul setelah kontrak bersama Dubai berakhir pada Maret tahun depan.
Tiongkok terbanyak
Terlepas dari itu menarik melihat para pemain terbaik dunia yang akan berlaga di Dubai nanti. Berdasarkan perhitungan rangking menuju Dubai ada sejumlah perubahan komposisi karena sejumlah pemain terpaksa mundur karena cedera atau memilih tidak ambil bagian.
Di sektor tunggal putra, Tiongkok kehilangan satu wakil yakni Chen Long. Di daftar rangking menuju Dubai mantan pebulutangkis nomor satu dunia itu berada di posisi 15. Namun ia mendapat wild cardkarena statusnya sebagai jawara Olimpiade Rio 2016. Entah mengapa Chen menolak undangan tersebut.
Posisinya pun diberikan kepada pemain Hong Kong, Hu Yun. Di sektor ini Tiongkok tinggal menyisahkan Tian Houwei yang ditempatkan sebagai unggulan ketiga.
Sikap yang sama ditunjukkan ganda kawakan Tiongkok Zhang Nan/Fu Haifeng. Juara Olimpiade Rio ini menolak menggunakan wild cardsehingga jatah mereka diberikan kepada pasangan Tiongkok lainnya Li Junhui/Liu Yuchen.
Selan Li/Liu yang merupakan jawara Japan Open tahun ini, Tiongkok juga diwakili oleh pasangan muda lainnya Chai Biao/Hong Wei yang dijagokan di tempat ketiga.
Meski kehilangan dua tiket, Tiongkok tetap mendapat jatah terbanyak. Sembilan wakil Negeri Tirai Bambu itu siap berlaga. Di tunggal putri ada Sun Yu dan He Bingjiao. Pasangan kembar Luo Ying/Luo Yu dan Chen Qingchen/Jia Yifan di ganda putri serta dua pasangan ganda campuran Lu Kai/Huang Yaqiong dan Zheng Siwei/Chen Qingchen.
Kekuatan Indonesia berkurang
Kali ini kekuatan Indonesia berkurang dengan mundurnya ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Alasannya, Nitya harus segera naik meja operasi karena masalah lutut yang menderanya selama setahun terakhir.
Keputusan itu sudah disampaikan oleh Eng Hian, kepala pelatih ganda putri berdasarkan anjuran dokter PBSI.
“Cedera Nitya memang sudah sejak lama sebelum saya menangani Nitya dan cederanya itu kambuhnya tidak bisa diprediksi. Cederanya tidak semakin parah, tetapi tidak juga semakin membaik. Kadang saat sedang keadaan normal bisa tiba-tiba kambuh,” tandas Eng Hian dikutip dari badmintonindonesia.org.
Absennya Greysia/Nitya membawa berkah bagi Malaysia. Vivian Hoo/Woon Khe Wei pun mendapat tempat di Dubai, menemani Lee Chong Wei (tunggal putra), dan Goh V Shem/Tan Wee Kiong (ganda putra).
Merah Putih pun tinggal menyisahkan empat wakil. Harapan kini diletakan kepada Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi di nomor ganda putra serta duo ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir serta Praveen Jordan/Debby Susanto.
Lantas bagaimana peluang Indonesia tahun ini?
N.B
Daftar kontestan Dubai World Superseries Finals 2016:
Tunggal Putra
1. Jan O Jorgensen (Denmark)
2. Son Wan-ho (Korea Selatan)
3. Tian Houwei (China)
4. Ng Ka Long Angus (Hongkong)
5. Viktor Axelsen (Denmark)
6. Marc Zwiebler (Jerman)
7. Lee Chong Wei (Malaysia)
8. Hu Yun (Hongkong)
Tunggal Putri
1. Tai Tzu Ying (Taiwan)
2. Akane Yamaguchi (Jepang)
3. Sun Yu (China)
4. Sung Ji-hyun (Korea Selatan)
5. Ratchanok Intanon (Thailand)
6. He Bingjiao (China)
7. Carolina Marin (Spanyol)
8. Pusarla V. Sindhu (India)
Ganda Putra
1. Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang)
2. Goh V Shem/Tan Wee Kiong (Malaysia)
3. Chai Biao/Hong Wei (China)
4. Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo (Indonesia)
5. Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi (Indonesia)
6. Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding (Denmark)
7. Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark)
8. Li Junhui/Liu Yuchen (China)
Ganda Putri
1. Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang)
2. Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmark)
3. Jung Kyun-eun/Shin Seung-chan (Korea Selatan)
4. Chang Ye-na/Lee So-hee (Korea Selatan)
5. Naoko Fukuman/Kurumi Yonao (Jepang)
6. Luo Ying/Luo Yu (China)
7. Chen Qingchen/Jia Yifan (China)
8. Vivian Hoo/Khe Wei Woon (Malaysia)
Ganda Campuran
1. Ko Sung-hyun/Kim Ha-na (Korea Selatan)
2. Lu Kai/Huang Yaqiong (China)
3. Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark)
4. Zheng Siwei/Chen Qingchen (China)
5. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia)
6. Praveen Jordan/Debby Susanto (Indonesia)
7. Chris Adcock/Gabrielle Adcock (Inggris)
8. Kenta Kazuno/Ayane Kurihara (Jepang)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H