Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Pak Samsuri, Gowes dan Arus Balik Kehidupan Ibu Kota

1 Desember 2016   10:28 Diperbarui: 2 Desember 2016   07:38 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para peserta berjubel saat proses registrasi menunjukkan tingginya animo terhadap acara tersebut/@ToyotaID

Kamu tidak bisa membeli kebahagiaan tapi bisa membeli sepeda yang membawamu lebih dekat padanya(anonim)

Ketika jalan raya hampir selalu padat merayap saban hari, menyebut kata sepeda kayuh hampir pasti terdengar asing. Di Jakarta pun kota-kota satelit misalnya, sepeda sudah lama tenggelam dalam laju pertambahan kendaraan bermotor dan mobil yang sangat menggila. Data Polda Metro Jaya, peningkatan jumlah motor dan mobil di Jakarta bertambah 12 persen setiap tahun. Setiap hari tak kurang dari 4.000 hingga 4.5000 sepeda motor dan 1.600 kendaraan roda empat baru terjun ke jalan raya ibu kota yang hanya bertambah 0,01 persen per tahun.

Penambahan jumlah mobil dan sepeda motor yang seperti deret ukur, berbanding terbalik penambahan ruas jalan baru yang tak ubahnya deret hitung itu akhirnya melahirkan kenyataan bahwa kemacetan yang kini terjadi hampir di semua ruas jalan sebagai kenyataan hidup. Kondisi itu terasa semakin akrab, bahkan kadang memunculkan rasa rindu yang terdengar dari celetuk penduduk saat situasi lalu lintas tiba-tiba lengang pada akhir pekan, dini hari atau hari Lebaran. “Kok jalanan sepi ya..” “Tumben gak macet..”

Namun tidak semua orang merasa nyaman dengan kemacetan itu. Energi yang banyak terkuras di jalan dan hari-hari hidup yang banyak dilewatkan di atas kendaraan bermotor melahirkan rasa sesal mendalam. Hal itu membuat orang akhirnya merasa perlu, bahkan butuh, tidak hanya terhadap sarana transportasi massal yang bisa memecah kemacetan, juga transportasi alternatif seperti sepeda.

Di antara tingkah masyarakat ibu kota yang sibuk, di sudut-sudut jalan protokol terlihat sejumlah orang tekun mengayuh sepeda. Pun pernah saya lihat dengan mata kepala sendiri, dari muntahan manusia dari gerbong-gerbong commuter line (KRL) di sejumlah stasiun, terlihat beberapa orang bergegas keluar sambil menenteng sepeda yang sudah dilipat.

Di sini, sepeda hadir sebagai antitesis atas kendaraan bermotor yang membuat sesak ibu kota. Lebih dari itu, sepeda menjadi bentuk perlawanan terhadap aneka bentuk polusi baik suara maupun asap yang diproduksi oleh kendaraan bermotor. Menggunakan sepeda adalah menggerakan gaya hidup sehat yang saat ini mulai dirindu dan perlahan tetapi pasti menarik semakin banyak orang untuk ikut serta.

Salah satu potongan dari arus balik kehidupan ibu kota itu saya temukan secara nyata pada Minggu pagi, 27 November lalu. Diselenggarakan oleh Toyota, acara bertajuk Unlock Weekend Healty Living : Fun Bike #PopUpPlayground,tidak hanya mewadahi para penyuka sepeda semata juga menjadi sebentuk ajakan untuk semakin memasyarakatkan sepeda dan merasakan manfaat bersepeda atau gowes.

Para peserta berjubel saat proses registrasi menunjukkan tingginya animo terhadap acara tersebut/@ToyotaID
Para peserta berjubel saat proses registrasi menunjukkan tingginya animo terhadap acara tersebut/@ToyotaID
Bertitik start di The Down Town Parking Area Summarecon Mall Bekasi, ratusan peserta dari berbagai kalangan, baik komunitas sepeda, masyarakat maupun blogger, bersepeda ria mengambil jalur yang kerap dipakai masyarakat setempat saat Car Free Day di akhir pekan.

Mula-mula kami mengitari sejumlah sisi pusat perbelanjaan terbesar di Bekasi itu, melintasi piramida terbalik yang ikonik di salah satu ruas, lantas melebur dalam keramaian bersama masyarakat yang tengah menikmati hari bebas kendaraan di sepanjang ruas Jalan Ahmad Yani. Para peserta juga tertantang untuk menaklukkan fly overSummarecon Bekasi yang fenomenal itu.

Tidak semua peserta berhasil melewati jalur layang melengkung dengan desain unik itu. Ada yang hanya bertahan separuh jalan dan tak kuat mengayuh pedal sampai ke titik puncak sebelum merasakan sensasi melaju sedikit kencang di jalur menurun. Kembali mengambil jalur yang sama dari sisi berbeda membuat semakin banyak peserta yang angkat tangan, terlebih yang mengaku sudah lama tidak bersepeda.

Saya sendiri termasuk dalam kategori tersebut. Namun dengan sekuat tenaga saya berusaha memanfaatkan momentum tersebut untuk mengencangkan otot paha dan kaki yang selama ini dimanjakan oleh kendaraan bermotor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun