Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Ganda Putra Antiklimaks, Ganda Campuran Indonesia "Saling Bunuh" di Final

26 November 2016   23:55 Diperbarui: 27 November 2016   15:54 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Praveen/Debby/badmintonindonesia.org

Di babak kedua giliran Ahsan banyak membuang-buang peluang. Pengembalian bola mantan tandem Hendra Setiawan itu kerap tidak akurat, entah keluar dari bidang permainan lawan maupun gagal menyebrangi net. Buru-buru untuk mengunci poin malah menjadi bumerang.

Intinya, Ahsan/Rian berada di bawah bayang-bayang Boe/Mogensen sehingga gagal mengembangkan permainan. Hal ini diakui pula oleh Ahsan seusai pertandingan.  “Permainan kami tidak berkembang di lapangan. Mungkin juga karena pola mereka yang rapi, jadi membuat kami banyak bikin salah sendiri. Mestinya bola gampang, kami malah mati sendiri. Tapi kami bersyukur, sudah bisa sampai ke semifinal,” beber Ahsan dikutip dari badmintonindonesia.org.

Meski demikian sebagai pasangan baru, pencapaian ini sudah cukup menjanjikan. Pertandingan menghadapi pasangan veteran Denmark itu sekaligus menjadi cermin untuk melihat titik-titik lemah yang perlu segera diperbaiki.

 “Sebagai pasangan baru sejauh ini saya pikir sudah lumayan enak. Cuma banyak yang mesti diperbaiki, dari segi tenaga dan juga rotasi di lapangan,” lanjut  A

Ahsan/Rian usai menghadapi Boe/Mogensen di semi final Hong Kong Open 2016/badmintonindonesia.org
Ahsan/Rian usai menghadapi Boe/Mogensen di semi final Hong Kong Open 2016/badmintonindonesia.org
Perang saudara di ganda campuran

Tak seperti Ahsan/Rian, Tontowi/Liliyana dan Praveen/Debby berhasil melanjutkan tren positif hingga laga pamungkas. Praveen/Debby berhasil balas dendam pada pasangan Korea Selatan, Choi Solgyu/Chae Yoo Jung yang mengalahkan mereka di China Open pekan sebelumnya.

Di pertandingan sebelumnya juara All England 2016 itu menyerah 15-21 dan 13-21. Namun kali ini Praveen/Debby yang ditempatkan sebagai unggulan kedua balik memetik kemenangan usai bertarung selama lebih dari satu jam dengan skor akhir 19-21, 21-18 dan 21-18.

Praveen/Debby mengawali pertandinang kurang meyakinkan. Alih-alih bermain dengan pola sendiri, keduanya malah terbawa dalam permainan pasangan rangking 69 dunia itu. Untung saja keduanya mampu bangkit di dua set berikutnya.

“Kami akhirnya bisa menerapkan pola permainan kami di game dua. Di game ketiga, kami sempat terburu-buru untuk menyelesaikan permainan. Tapi malah jadi gagal servis beberapa kali,” tandas Debby mengevaluasi penampilan mereka.

Sementara itu pasangan senior Tontowi/Liliyana atau karib disapa Owi/Butet lolos ke final setelah menumbangkan harapan tuan rumah Tang Chun Man/Tse Ying Suet, 23-21 dan 21-14.

Pertandinan di game pertama berjalan cukup seimbang. Owi/Butet lebih dulu tertinggal 7-12, bahkan lawan lebih dulu menginjak game point.Meski demikian Owi/Butet berhasil menunjukkan kelasnya. Tampil tenang dan bermain taktis berbuah kemenangan.

Tampaknya game pertama sudah cukup menguras energi Tang/Tse. Pasangan nomor 71 dunia itu tak bisa meladeni permainan Owi/Butet sehingga pertandinga berjalan cepat menuju titik akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun