Dengan demikian jelas secara teknis dan mekanis keduanya memiliki kans yang sama. Wolf sudah menjanjikan akan menyediakan mobil yang prima untuk kedua pebalap itu. Tinggal saja kemenangan lebih ditentukan oleh kinerja mereka di sirkuit.Siapa yang paling siap, dengan daya tahan yang lebih, dan kepiawaian prima untuk bersaing dengan semua pebalap lah yang akan berhak atas mahkota gelar itu.
Konsistensi Rosberg sepanjang musim ini layak diperhitungkan Hamilton. Keduanya memiliki catatan statistik kemenangan yang sama dan Hamilton hanya sedikit unggul dalam jumlah pole. Sama-sama merebut sembilan kemenangan, Hamilton berhasil merebut posisi terdepan sebanyak 11 kali sementara Rosberg delapan kali. Rosberg hanya sekali gagal mengakhiri balapan yakni di Barcelona. Itupun terjadi karena insiden tabrakan keduanya.
Berbicara tentang tabrakan ini, saya pun jadi tergoda untuk menawarkan skenario terburuk ini kepada keduanya. Ya, hanya insiden semacam itulah yang pada akhirnya menjadi pembeda. Hamilton pasti berharap ada sesuatu yang buruk seperti itu terjadi pada Rosberg. Tentu tidak dengan dirinya karena itu sama saja dengan bumerang.
Kini harapan seperti itu diletakkan kepada para pebalap lain bila saja mereka tak mampu memaksa Rosberg keluar dari tiga besar secara elegan. Duo Red Bull Daniel Ricciardo dan Max Verstappen, serta Sebastian Vettel dan Kimi Raikonnen yang berbendera Kuda Jingkrak Ferrari berpotensi ambil bagian dalam persaingan Hamilton-Rosberg, entah secara kompetitif melalui persaingan sehat atau karena human error.
Namun hal-hal terburuk seperti itu sebaiknya dijauhkan dari balapan nanti karena dunia hanya ingin melihat pertarungan yang fairuntuk melahirkan juara sejati. Dalam kondisi seperti saat ini, saat seri terakhir benar-benar menjadi medan pertarungan hidup-mati, akan sangat bermakna dan berkesan bila Hamilton dan Rosberg mampu membuat seluruh penonton mencapai klimaks.
Bila itu terjadi maka patokan pertama yang dipakai mengacu pada jumlah kemenangan atau podium pertama. Bila masih tetap sama, maka runner-up jadi pembeda. Perhitungan ini terjadi bila Rosberg finis di posisi tujuh sementara Hamilton berada di urutan kedua. Perhitungan ini menjadi semakin rumit karena keduanya sama-sama mengemas 373 poin dan memiliki rekor finis di urutan kedua dengan jumlah yang sama.
Bila demikian jumlah finis di urutan ketiga yang jadi acuan. Siapa yang paling banyak dialah yang menang. Empat kali finis di urutan ketiga berbanding dua kali milik Rosberg, Hamilton dipastikan menjadi juara.
Bagaimana bila Rosberg tidak mampu menyelesaikan balapan alias tidak mendapat poin sementara Hamilton finis di urutan empat? Jumlah poin keduanya dipastikan identik, 367. Sekali lagi, keduanya sama-sama mengemas sembilan kemenangan, namun Rosberg satu kali lebih banyak finis di urutan kedua. Bila ini yang terjadi maka sambil menarik nafas dalam-dalam, Hamilton wajib mengulurkan tangan untuk memberi selamat kepada Rosberg.
Sebagai tambahan, akhir pekan di Abu Dhabi dipastikan akan semakin ramai dan lengkap. Tidak hanya menjadi medan penentu juara dunia Formula One. Jawara di dua kelas di bawahnya yakni GP2 dan GP3 pun akan ditentukan di sana.