Agar bisa menulis maka pertama-tama harus memperkaya diri dengan membaca. Apakah kita bisa menulis dari sesuatu yang tidak kita punya? Tentu saja membekali diri dengan membaca menjadi penting. Membaca menurut Kang Maman akan membuka pintu pada kedalaman dan kebermanfaatan tulisan.
Bisa jadi rendahnya tingkat literasi peduduk Indonesia merembet pula pada aktivitas menulis ini. Data dari berbagai penelitian internasional menunjukkan bahwa tingkat literasi Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara. Laporan UNESCO, hanya satu dari 1000 penduduk Indonesia yang gemar membaca.
Selain membaca hal penting lain sebelum menulis adalah melakukan riset. Riset bertujuan untuk memperdalam dan memperkaya materi serta memastikan informasi atau data yang ada. Gegabah dan tergesa-gesa dalam menulis bisa menjerumuskan penulis dalam kesesatan.
Hal keempat adalah reflecting. Menulis itu harus mencerminkan sang penulis. Apa yang ditulis itu adalah gambaran dari sang penulis sendiri. Karena apa yang ditulis mewakili sang penulis maka menulis itu harus mengacu pada kebenaran.
Poin terakhir (W)Rite ini penting agar sang penulis terbebas dari beban atau tanggung jawab apabila apa yang ditulis itu mengandung konsekuensi kesalahan. Selain itu, kebenaran merupakan panggilan nurani bagi siapa saja. Nilai yang tidak bisa ditawar-tawar.
"Dengan mengenal 5 R, maka menulis adalah kebutuhan. Penulis adalah keberantaran budaya, dia menulis untuk dirinya untuk bangsa untuk budayanya. Kalau mau mengenal dunia membacalah, kalau mau dikenal dunia menulislah. Kalau tidak menulis, maka hilang pikiran ditelan sejarah," simpul Kang Maman yang pernah menjadi bagian dari Kompas Gramedia sejak 1986 hingga 2003.
Apa yang dikatakan Kang Maman di atas adalah sebagian faedah dari aktifitas menulis itu, termasuk sebagai seorang penulis warga. Yayat sudah merasakan banyak manfaat menjadi penulis. Selain bisa mengekpresikan dan berbagi apa yang disuka dan diidolai, aktivitas tersebut mengantarnya bertemu dengan banyak orang hingga diminta untuk meliput ke luar negeri.
Apalagi Kang Maman. Dari menulis itu, kini ia mendapat bayaran berjuta kali lipat dari honor pertamanya sebesar 50 perak saat menulis puisi di sebuah majalah pada 1974. Menelurkan banyak buku hingga kini tampil di layar televisi adalah buah dari kepiawaiannya dalam menulis.
Bagi para penulis warga lainnya tak perlu berkecil hati. Yang diperoleh Kang Maman dan Yayat, juga penulis lainnya adalah buah dari proses yang dijalani secara tekun. Sebagai penulis warga, atau blogger, menurut Kang Maman dan Isje bisa memanen uang dengan memanfaatkan keberadaan Google AdSense. Sistem tersebut membuat penulis bisa mendapatkan uang dari iklan yang terpasang.