Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Indonesia, Lebih Serius Berkaca pada Tiongkok

15 November 2016   00:24 Diperbarui: 15 November 2016   00:35 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chico Aura Dwi Wardoyo (paling kanan) bersama para peraih medali tunggal putra WJC 2016/badmintonindonesia.org

Kondisi ini berbanding terbalik dengan Indonesia yang mengalami kelangkaan di sejumlah titik terutama bagian putri. Belum juga muncul talenta-talenta muda yang bisa mengikuti jejak Susi Susanti, Mia Audina dan beberapa mantan pemain lainnya.

Saat ini di sektor putri Indonesia sudah mendapatkan sejumlah bibit, salah satunya Gregoria Mariska Tunjung. Pebulutangkis 17 tahun itu diharapkan mampu berkembang menjadi pemain yang bisa diandalkan. Namun di WJC kali ini performa dara kelahiran Wonogiri itu kurang konsisten.

Artinya masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi terhadap para pemain belia yang masa depannya masih sangat panjang. Tidak hanya untuk Gregoria, juga pemain-pemain muda lainnya. Hal ini penting mengingat para pemain Tiongkok seusai Gregoria dan Chico saja sudah tampil jauh lebih baik, dengan kualitas terdepan.

Pengakuan tersebut keluar dari mulut manajer tim Indonesia Fung Permadi pasca kekalahan Chico di partai final. Menurutnya Chico sudah tampil maksimal, namun patut diakui lawan tampil lebih siap baik secara mental maupun skill.

Bila prospek para pemain muda itu tetap terjaga maka tidak ada pilihan lain selain mengejar tingkat kemajuan para pemain muda Tiongkok saat ini yang sudah berada di depan. Jika tidak maka ketertinggalan Indonesia akan semakin jauh.

Saat ini, dengan tingkat persaingan yang kian merata karena negara-negara yang semula tidak diperhitungkan sudah mulai serius berbenah dan menata diri, maka Indonesia pun harus mengambil sikap yang sama. Mempertahankan pola yang sama berarti hasil yang bakal dituai akan serupa pula, bahkan bisa lebih tertinggal.

WJC ini bukan sekadar turnamen untuk memenuhi agenda formal tahunan. Lebih dari itu inilah panggung pertunjukkan talenta-talenta muda yang akan mengisi arena pertandingan di masa mendatang. Hasil yang terjadi saat ini sedikit banyak menjadi tolak ukur pencapaian di masa depan walau masih ada proses yang harus dilewati dengan seribu satu kemungkinan dan kejutan.

Setidaknya pengalaman Tiongkok dan sebagian besar mantan para jawara dunia junior menunjukkan betapa masa depan bisa dilihat sejak dini. Deretan pemain hebat seperti Chen Long (tunggal putra senior Tiongkok), Viktor Axelsen (tunggal putra masa depan Denmark), tunggal putri Rachanok Intanon (juara dunia dan peringkat satu dunia termuda dari Thailand) dan Nozomi Okuhara (tunggal putri Jepang) adalah jebolan WJC.

Demikianpun setelah menjuarai WJC tahun lalu, pasangan muda Tiongkok Zheng Siwei dan Chen Qingchen yang turun di nomor ganda campuran dan ganda putra sudah langsung melejit dan kini mulai meramaikan persaingan di papan atas dunia.

Tahun depan giliran Indonesia (Yogyakarta) menjadi tuan rumah WJC. Saat itu kita melihat apakah WJC 2016 ini memberikan jejak yang positif untuk mencetak semakin banyak bibit muda, atau Indonesia masih harus melewati masa penantian yang entah kapan akhirnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun