Terlepas dari semua itu, Mourinho memiliki modal untuk memoles tim, bahkan menciptakan keajaiban. Tidak ada yang menduga apa yang bakal dilakukannya dua musim lalu. Seperti Klopp Mou masih butuh waktu untuk menemukan formula yang pas, ditambah performa sejumlah pemain senior terlihat goyah.
Secara taktis Mou bisa memanfaatkan kecepatan Marcus Rashford dan Jesse Lingard serta kecerdikan penempatan bola Zlatan Ibrahimovic untuk mengoyak barisan pertahanan tuan rumah. Titik lemah skuad Klopp terutama terletak di situ yang ditandai kemasukan 10 gol, berbanding terbalik dengan lini serang yang sangat menakutkan. Liverpool menjadi salah satu tim produktif, total telah mencetak 18 gol atau rata-rata 2,6 gol tiap pertandingan.
Meski pertandingan ini tak ubahnya panggung bagi para pemain asing, di atas “derita” para pemain lokal yang tersisih dan regenerasi sepak bola Inggris yang mandek, laga tetap tak kehilangan pesona. Fans tuan rumah tentu ingin membalas dendam terhadap Mourinho dan melihat timnya terkapar di hadapan mereka. Demikian pun Klopp ingin terus menegaskan dominasinya atas Mou yang sejauh ini sudah tiga kali membuat Mou mati kutu dalam lima pertemuan mereka.
Sebaliknya Mourinho? Tentu, ia ingin menyiram cuka di atas luka lama publik Anfield.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H