Sebagai blog keroyokan, seperti dikatakan Isjet, Kompasiana sangat terbuka kepada siapa saja yang tertarik untuk menulis dalam semangat berbagi(sharing) dan keterhubungan (connecting). Di sini Kompasiana berdiri dan tumbuh di atas basis konten berupa tulisan. Tak hanya sebagai komunitas besar yang diikat oleh basis tersebut, dalam perjalanan basis tersebut “bertelur” atau memecahkan diri dalam interese-interese khusus seperti olahraga, film, kuliner, wisata, dan sebagainya. Maka kini Kompasiana sendiri memiliki sejumlah komunitas-komunitas kecil dengan nama beragam seperti Koprol (Kompasianer penggemar olahraga), Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana), KPK (Kompasianer Penggemar Kuliner), KOMIK (Kompasianers Only Movie enthus(I)ast Klub), dan masih banyak lagi.
“ Sejak awal sampai sekarang banyak perkembangan tidak terduga. Membuka diri kepada semua orang ... Dikelola secara intens selama 24 jam. Masyarakat terlibat kapanpun dengan tema apapun, “tutur Isjet.
Bila Kompasiana adalah komunitas berbasis ketertarikan pada dunia tulis menulis, Nebengers merupakan persekutuan yang memanfaatkan sosial media terutama twitter sebagai sarana interaksi antara orang yang ingin memberi tumpangan atau tebengandan yang mencari tebengan.
Didirikan oleh Andreas Aditya Swasti dan Putri Sentanuhadir pada Desember 2011, Nebengers beritikad untuk mengurai kemacetan dan polusi dengan memanfaatkan kendaraan secara efektif. Siapa yang mempunyai kursi kosong bisa memberinya kepada yang membutuhkan sehingga bisa mengurangi kebutuhan kendaraan.
“Ada tools yang membuat orang saling sahut, saling kenal sehingga menumbuhkan kepercayaan antar satu anggota dengan anggota yang lain, “tutur Beng-Beng, sapaan khas para Nebengers untuk Andreas Aditya.
Lantas, bagaimana posisi Danamon di tengah situasi tersebut? Berbicara saat membuka acara Nangkring, Toni Darusman, Chief Marketing Officer Danamon, tak menampik perkembangan pesat sosial media dewasa ini. Menurutnya perkembangan tersebut adalah berkah yang perlu dimanfaatkan.
“Perkembangan sosial media bukan sekadar tren, tetapi aset penting yang harus dikelola dengan baik,”tuturnya.
Danamon sudah mulai menyadari potensi tersebut sejak tiga tahun lalu. Namun menurut Toni saat itu hanya didasarkan pada produk. Saat ini Danamon melakukan perubahan secara signifikan di semua lini sebagai unit-unit bisnis yang penting.
Hal tersebut diamini oleh Gandhy Inderayana Sastratenaya, Digital & Online Communication Marketing Head Danamon. Tampil sebagai pembicara, Gandhy mengaku bahwa perubahan tersebut terus digalakkan sebagai sesuatu yang niscaya untuk menangkup perkembangan tersebut agar tak punah seperti Dinosaurus.
Bergaul di sosial media penting untuk mengubah persepsi terhadap bank yang terlanjur dicap kaku dan formal. Lebih dari itu, untuk mendekatkan diri demi membangun komunikasi dan interaksi.