Tempora mutantur et nos mutamur in illis
(Waktu berubah dan kita pun berubah seiring dengannya)
***
Hari masih pagi. Mentari yang biasa langsung menyergap tak lama setelah ditinggal malam, masih enggan menyapa. Malas bertandang seperti arus manusia yang ingin menuntaskan dendam setelah lima hari bergulat sejak subuh. Jakarta pagi itu, di hari pertama bulan Oktober, tampak lengang.
Tak susah melaju di jalanan yang biasanya ramai kendaraan, apalagi menggunakan kendaraan roda dua. Dari arah Palmerah menuju Kuningan hanya butuh waktu separuh jam. Tiba di tujuan pun lebih cepat dari perkiraan.
“Selamat pagi Pak, saya mau ke acara nangkring Kompasiana bareng Bank Danamon,”saya mantap menyapa petugas keamanan yang langsung menyambut saat saya mendekat.
Senyumnya pun merekah. Dalam hati saya merasa telah diterima dengan baik. “Bisa saya lihat informasi terkait acara tersebut?”tanyanya.
Sontak saya membuka telepon genggam dan menunjukkan halaman Kompasiana terkait acara itu. “Maaf Pak acaranya bukan di sini. Tetapi di Menara Danamon. Letaknya di HR Rasuna Said, dekat kantor KPK.”
Alamak. Saya terperanjat. Saya nyasar, alias salah alamat. Ternyata aku mensambangi kantor yang berlokasi di Jl. Lingkar Mega Kuningan. Untung jarak menuju tempat yang semestinya tak jauh dari situ. Setelah mengucap terima kasih dibungkus senyum simpul kepada petugas securityitu, saya pun melaju ke lokasi yang semestinya.
Tersihir
Di pagi yang lengang itu, tak susah menjangkau Jln HR Rasuna Said Blok C No.10, Karet Kuningan, tempat Gedung Menara Bank Danamon berada. Tinggi menjulang di antara gedung-gedung penting ditambah bentuk yang unik semakin mempermudah identifikasi.