Gelar ini menjadi yang pertama bagi pasangan nomor 25 dunia di tahun ini. Sekaligus sebagai tanda mata sebelum “bercerai”. Selain itu, keberhasilan ini memberi arti tersendiri bagi keduanya. Rian mendedikasikan gelar ini kepada sang ibu yang akan menjalani operasi tumor. Sementara Rian menjadikan gelar ini sebagai kado ulang tahunnya yang jatuh pada 3 Oktober lalu.
Mengomentari perpisahan mereka, keduanya menanggapi santai. Alih-alih merasa sedih, Rian mengaku bahwa yang terpenting adalah prestasi.
“Berpisah sama Berry nggak sedih kok, kan mau pasangan sama siapapun, yang penting saya dan Berry sama-sama bisa maksimal prestasinya,” tandas Rian.
Sony Runner-up
Indonesia sejatinya bisa menambah satu lagi gelar juara andai saja tunggal putra Sony Dwi Kuncoro mampu melewati hadangan wakil tuan rumah Tanongsak Saensomboonsuk. Menghadapi lawan yang jauh lebih muda, Sony yang sudah berusia 32 tahun masih menunjukkan diri sebagai pesaing utama. Sayang lawan yang dihadapi kali ini benar-benar merepotkan dan membuatnya seperti tak kuasa menyembunyikan usianya yang sudah tak muda lagi.
Tanongsak bermain cepat dan sangat strategis. Smes dan penempatan bola pemain 25 tahun itu sangat akurat dan benar-benar menyulitkan Sony.
Game pertama berjalan cepat. Tak butuh waktu lama bagi tunggal nomor 26 dunia itu. Di set kedua, Tanongsak bermain semakin percaya diri. Dukungan publik tuan rumah yang memadati National Stadium mempertebal semangatnya. Sony sempat memimpin dua poin dalam kedudukan 9-7. Namun tunggal peringkat 32 dunia gagal menjaga konsistensi dengan kehilangan enam poin secara beruntun.
Agresivitas Tanongsak semakin meningkat dan menempatkan Sony di bawah tekanan. Perolehan poin wakil tuan rumah semakin mudah setelah sejumlah serangannya gagal dibendung Sony. Pertandingan pun berakhir straight set 15-21, 16-21 dalam waktu 42 menit.
“Saya kalah cepat dari lawan, kalah strategi juga. Memang saya akui hari ini permainan dia lebih bagus dari saya,” aku Sony.
Dengan kekalahan ini membuat Sony gagal mengulangi hasil positif seperti pada pertemuan terakhir mereka di Hong Kong Open 2003. Sekaligus membuat rekor pertemuan keduanya menjadi tipis. Tambahan satu kemenangan menambah catatan kemenanganTanongsak menjagi tiga dalam dalam tujuh pertemuan keduanya.
“Saya bersyukur saya bisa sampai ke babak final. Selanjutnya, saya harus bisa menjaga konsistensi penampilan saya,” tandas Sony.