Mulanya banyak pihak meragukan, tak terkecuali para pundit Dailymail.co.uk,kontribusi gelandang bertahan 25 tahun itu. Namun kepercayaan dan pendekatan yang baik dari Pochettino membuat pilihan sang pelatih menurunkannya saat menghadapi City tak keliru.
Melihat performa Wayama itu, bukan tidak mungkin, ia akan menjadi penopang dan back upbagi gelandang sentral yang selama ini diandalkan yakni Eric Dier dan Mousa Dembele. Sebelum tampil menghadapi City, Dembele tercatat baru tampil selama 74 menit. Namun aksi yang telah ditunjukkannya membuat kehadirannya selalu dibutuhkan, sama seperti Harry Kane-yang saat ini tengah absen-untuk lini depan tim. Meski di atas segalanya, Â Spurs tetap memiliki cukup stok pemain siap tampil.
Keempat,Spurs adalah tim yang segar. Dibandingkan City, Spurs mengawali musim ini sedikit lebih lambat. Alasannya, Pochettino butuh waktu untuk memulihkan kebugaran para pemain yang tampil habis-habisan musim lalu.
Saat melawan City terlihat kebugaran para pemain Spurs jauh lebih baik, untuk mengatakan prima. Tujuh pemain yang tampil melawan City tercatat sudah tampil tiga kali dalam delapan hari termasuk saat bertandang ke Moskow menghadapi klub ibu kota CKA Moskow di pentas Liga Champions. Walau demikian sama sekali tak terlihat penurunan semangat. Bisa jadi mereka telah masuk pada fase kebugaran yang bagus setelah melewatkan masa-masa pemulihan yang berjalan baik.
Statistik mencatat, dikutip dari BBC.co.uk,saat menghadapi City, para pemain Spurs mengukir rekor baru, menempuh jarak terpanjang selama bermain dibandingkan tim-tim lain sejauh ini. Saat itu mereka paling banyak melakukan sprint dibandingkan tim-tim lain yang bertabur bintang. Spurs sudah 647 kali melakukan sprint, tujuh kali lebih banyak dari Liverpool saat menghadapi Swansea City dan unggul 35 kali dari City saat menghadapi Swansea City.
Salah satu yang perlu suntikan lebih adalah lini depan. Kehadiran Heung-Min Son sudah cukup membantu, mengisi ruang yang ditinggalkan sementara oleh Kane. Vincent Janssen yang mengantri untuk posisi yang sama sudah tampil lebih baik dibandingkan musim lalu namun belum cukup siap untuk beradu di Liga Primer Inggris.
Di atas segalanya menjaga momentum dan konsitensi adalah pekerjaan pelik yang kadang menjadi bumerang  yang bisa menyerang balik. Pengalaman Spurs musim lalu adalah contoh nyata. Modal dasar yang dimiliki ditambah pengalaman Pochettino dan para pemain yang semakin matang bukan mustahil Spurs akan tetap di jalur positif itu. Bila Leicester yang semula tidak diperhitungkan mampu membuat kejutan musim lalu, mengapa Spurs yang lebih siap tidak bisa melakukannya di musim ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H