Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menjagokan Spurs, Mengapa Tidak?

4 Oktober 2016   09:53 Diperbarui: 4 Oktober 2016   16:40 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar potongan pertandingan Tottenham Hotspur vs Manchester City/Dailymail.co.uk

Kemenangan dua gol tanpa balas Tottenham Hotspur atas Manchester City, Minggu (2/10) lalu setidaknya menunjukkan dua hal. Pertama, Manchester Biru seperti tetangganya Manchester United sedang dalam masa transisi. Tren positif tak terkalahkan dalam enam laga awal belum menggaransi stabilitas yang dibangun pelatih barunya Pep Guardiola.

Di sisi berbeda, Spurs menunjukkan diri lebih solid setelah ditempa selama dua tahun terakhir. Di tangan Mauricio Pochettino the Lilywhites dibentuk dengan kombinasi pemain senior dan pemain muda. Hasil positif sudah terlihat di musim lalu. Walau hanya menempati urutan ketiga di klasemen akhir, di belakang Arsenal dan Leicester City, hal tersebut sudah lebih dari cukup menunjukkan seberapa signifikan perubahan yang ada di tubuh klub London Barat itu.

Dengan demikian musim ini, tidak berlebihan, bila Spurs bakal tampil lebih baik setelah melewati waktu uji coba dan pembentukan tingkat lanjut itu. Gol bunuh diri Alexander Kolarov dan lesatan indah Dele Alli tidak hanya membenamkan City, serentak semakin mengangkat pamor klub tersebut ke tingkat elit. Bahkan diperhitungkan sebagai salah satu pesaing utama menuju tangga juara. Toh sekarang Spurs hanya berselisih satu poin dari City di puncak klasemen dengan 18 poin.

Mengapa tidak?

Melihat permaian Spurs sejauh ini, termasuk di laga terakhir itu, sekurang-kurangnya ada tiga keutamaan sekaligus kekuatan utama mereka. Pertama,pertahanan yang kokoh. Spurs menjadi satu-satunya tim dengan kemasukan paling sedikit yakni tiga gol. Prasyarat sekaligus pengandaian logis untuk memenangkan gelar yakni menghindari kebobolan sebanyak mungkin. Dan itu hanya terjadi bila memiliki benteng pertahanan yang kuat.

Pilihan Pochettino mendatangkan Toby Alderweireld setahun lalu sungguh tepat. Menurut eks pemain Chelsea dan timnas Inggris yang kini menjadi komentator, Chris Sutton, pembelian pemain timnas Belgia itu sungguh brilian. Bek 27 tahun itu telah menjadi tandem yang pas bagi rekan senegaranya Jan Vertonghen di jantung pertahanan tim. Adelweireld dan Vertongen adalah  kuartet lini belakang bersama Danny Rose dan Kyle Walker dalam formasi pilihan 4-5-1.

Kedua,keseimbangan. Permainan Spurs tidak semata-mata mengandalkan lini belakang yang solid. Apa artinya pertahanan yang baik bila tak didukung oleh sektor-sektor lain. Bagaimana bisa mencetak gol bila hanya menggantung harapan pada permainan bertahan.

Tentu saja tidak demikian. Spurs tampil sangat seimbang antara bertahan dan menyerang. Para pemain memiliki landasan pemahaman terhadap filosofi sang pelatih untuk menjaga keseimbangan di semua lini. Tak hanya bertahan, saat menyerang pun Spurs memiliki skema yang jelas. Kecepatan para pemain, yang cenderung memanfaatkan lebar lapangan, ditopang oleh dua bek tengah yang sangat nyaman dalam penguasaan bola.

Saat menyerang Spurs tidak hanya bergantung pada para pemain depan. Formasi empat pemain di lini belakang dan 5 pemain di depannya benar-benar dimanfaatkan dalam situasi ofensif. Kendali sepenuhnya dipegang oleh dua pemain yang menjadi tulang punggung yang solid di jantung permainan. Saat menyerang, empat pemain di lini belakang pun turut terlibat.

Alderweireld, dalam kaca mata eks pemain timnas Inggris Jamie Frank Redknapp, adalah sosok yang brilian. Ia sanggup mengorganisasi permainan dan menjadi simpul pengikat baik dengan mitranya Vertongen di lini belakang maupun rekan-rekannya di bagian depan.

Ketiga,terkait poin kedua, patut disebut secara khusus sosok Victor Wanyama yang baru diboyong ke White Hart Lane musim panas ini. Pemain asal Nigeria ini, dalam bahasa eks pemain Spurs Jermaine Jenas telah menjadi “prajurit di lini tengah” tim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun