Pensiunnya pasangan ini terasa sangat istimewa. Berbeda dengan “perceraian” salah satu musuh bebuyutan mereka, ganda terbaik Indonesia, Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan (tulisan lengkap di sini). Lee/Yoo mundur saat tengah berada di puncak rangking dunia yang kukuh dalam genggaman mereka sejak 14 Agustus 2014. Ditambah lagi keduanya tampil di laga internasional terakhir di kandang sendiri dan sukses mempersembahkan gelar juara. Sebuah happy ending!
Kemenangan dalam laga sengit selama 1 jam dan 26 menit atas pasangan muda Tiongkok, Li Junhui/Liu Yuchen, 16-21 22-20 21-18 menjadi kado perpisahan yang manis baik untuk diri mereka maupun kepada para penggemarnya.
Usai laga pasangan ini membuka kaus yang mereka kenakan dan dilemparkan secara acak kepada para penonton yang hadir di Gyeonggi-do, Seoul. Sambil berjalan ke setiap sisi lapangan Lee memberikan senyuman terbaik sambil memberikan tepukan tangan. Layaknya sebuah perpisahan, Lee tak kuasa menahan tangis.
Di jagad bulu tangkis nama Lee sudah sangat melegenda. Ia adalah satu-satunya pebulutangkis yang berada di rangking pertama dunia dengan empat pasangan berbeda yakni dengan Chun Jae Sung, Ko Sung Hyun dan Yoo Yeon Seong di sektor ganda putra sera Lee Hyo Jung dan Lee So Hee di ganda campuran.
Sepanjang karir profesional yang dimulai sejak 2003, ia telah mengoleksi 43 gelar super series, 37 gelar dari antaranya di nomor ganda putra. Jumlah gelar ini menobatkannya sebagai pebulutangkis dengan koleksi gelar ganda putra terbanyak. Sementara enam gelar lainnya dari sektor ganda campuran. Secara keseluruhan ia berada di urutan kedua sebagai pebulutangkis dengan koleksi gelar terbanyak.
Bersama Yoo yang bertandem sejak 15 September 2013, keduanya mencatatkan kemenangan beruntun terpanjang yakni selama 104 pekan hingga 11 Agustus 2016.
Di usia 28 tahun rasa-rasanya kita masih ingin melihat aksi Lee di lapangan. Ia sama sekali belum kehabisan tenaga. Gerakannya masih lincah dan smesnya masih keras seperti sebelumnya. Namun pria kelahiran Hwasun, Jeollnam-do 11 September itu sudah ketuk palu.
“Sekarang saya hati-hati memutuskan alternatif karir lainnya. Hal yang paling menyenangkan saya adalah saya akan dibebaskan dari segala tekanan dari masyarakat untuk menang. Saya tahu fans mencintai saya; saya akan tetap berada di sana di lapangan dalam beberapa kapasitas berbeda,”ungkap Lee yang berpasangan dengan Lee Hyo Jung menumbangkan Nova Widianto/Liliyana Natsir di partai final nomor ganda campuran Olimpiade Beijing 2008.
Sudah layak dan pantas kita angkat topi setinggi-tingginya kepada Lee. Ia adalah legenda yang telah memberikan hiburan, dan prestasi yang tentunya sangat inspiratif dengan banyak nilai yang patut ditimba oleh para pebulutangkis khususnya dan dunia olahraga umumnya. Melihat Lee kita tidak hanya melihat tampang atau kulit luar saja. Ada perjuangan dan pengorbanan, ada tawa bahagia dan air mata kegagalan, dan ada keberanian mengambil keputusan yang membungkus semua pencapaiannya yang luar biasa itu.