Lonjakan medali pun terjadi di kubu NTT. Pada edisi sebelumnya, NTT hanya mampu meraih tiga emas, maka kali ini mereka berhasil mengumpulkan 7 emas, 7 perak dan 9 perunggu.
Perolehan medali tak bisa menjadi tolak ukur tunggal kemajuan prestasi olahraga suatu daerah. Jual beli pemain, persaingan tidak sehat hingga tingkat partisipasi yang rendah masih marak terjadi. Belum lagi kehadiran para atlet nasional dan “muka-muka lama” yang belum tergoyahkan. Namun meningkatnya cumlah rekor yang berhasil dipecahkan mengisyaratkan bahwa ada hal positif dari PON kali ini.
Menurut Ketua Bidang Pertandingan Panitia Besar PON Jabar, Yudha M Saputra, seperti dikutip dari Antara, hingga 23 September tercatat 40 rekor baru PON tercipta.
"Hingga Jumat, tanggal 23 September 2016, sementara jumlah rekor pada pelaksanaan PON XIX Jawa Barat ialah cabang renang 31 rekor, cabang angkat besi empat rekor dan cabang selam lima rekor," tuturnya.
Jumlah rekor tersebut berpeluang meningkat karena tercatat kurang lebih enam hari sebelum PON usai. Masih menurut sumber yang sama, tak hanya rekor PON yang meningkat, kali ini ada sembilan rekor nasional dan satu rekor Asia yang berhasil dipecahkan.
Akhirnya dari penuturan Gubernur Jawa Barat sekaligus Ketua Panitia, Ahmad Heryawan, PON kali ini berhasil mengukir 89 rekor PON, 33 rekor nasional, satu rekor SEA Games, 22 rekor Asia dan lima rekor dunia.
Kekurangan
Seperti sudah disinggung sebelumnya, PON kali ini menyisahkan sejumlah persoalan serius. Selain soal kesiapan, ikhwal sportivitas medapat garis tebal. Keberpihakan wasit dan juri pada atlet tuan rumah mengemuka di cabang-cabang olahraga tak terukur.
Muhammad Adil, Ketua Kontingen Sumatera Selatan kepada Kompas (Kamis, 29/9, hal.1) mengaku penilaian sepihak dan sangat subjektif terlihat jelas di partai final yang mempertandingkan para atlet tuan rumah. Judo, gulat dan karate adalah cabang dengan tingkat protes tertinggi.
Merasa penilaian wasit dan juri tak adil kontingen Jawa Timur menolak dua medali perak dari cabang judo. Contoh lain, petinju NTT Atris Neolaka secara satir mengalungkan medali perak yang diraih kepada Dadan Amanda, peraih medali emas.
Atris dan pelatih tinju NTT, Hermansen Ballo protes keras dengan keputusan wasit. Laga tersebut berakhir prematur lantaran kulit dahi kanan atas Dadan pecah akibat pukulan Atris. Anehnya, juru sepakat memenangkan Dadan.