Meski begitu tak mengurangi semangatnya untuk berprestasi di tenis meja. Di Paraimpiade London empat tahun silam ia sanggup membawa medali perak dan perunggu. Sebuah prestasi yang pantas untuk perjuangannya saat itu.
Memperbaiki kesalahan empat tahun silam, di Rio, ia tampil luar biasa. Di partai final ia sukses menaklukkan Israel Pereira dan segenap pendukung tuan rumah. Wartawan BBC, Nick Hope, yang meliput pertandingan itu tak kuasa menahan air mata melihat aksi Bayley selanjutnya.
Ia melompat ke atas meja untuk merayakan kesuksesan itu. Beberapa saat kemudian seluruh ruangan larut dalam tawa melihat ia melompat turun dan memeluk ofisial pertandingan. Kartu kuning pun dilayangkan kepadanya karena dinilai melakukan pelanggaran . Namun kartu peringatan tersebut tak banyak berarti karena kemenangannya yang sungguh luar biasa.
Dengan tanpa mengabaikan kisah perjuangan paralimpian yang lain, yang terwakili di atas, sudah lebih dari cukup untuk menohok kita. Melihat mereka, kita tak hanya pantas bersimpati. Solidaritas untuk berbagi perasaan sama sekali tidak menolong mereka karena atas berbagai cara, mereka telah berjuang mengatasi kelemahan mereka sendiri. Mereka pun telah memenangkan semua kelemahan dan kekurangannya itu.
Semestinya yang perlu mendapat simpati adalah diri kita sendiri. Terlebih kita yang terlahir tanpa cacat berarti. Â Apakah kita dengan penuh rasa syukur telah mempertanggung jawabkan keutuhan dan kesempurnaan kita dengan prestasi dan dedikasi?
Pada titik ini, saya kembali merasa sedih.
Berikut cuplikan aksi heroik dan ekpresi kemenangan yang mengharukan dari Will Bayley:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H