Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Iuran BPJS Kesehatan Antara “Gabe” dan “Aufgabe”

19 September 2016   23:48 Diperbarui: 20 September 2016   00:18 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh subsidi silang dalam JKN/gambar dari materi nangkring BPJS

Inovasi dan terobosan seperti itulah yang dibutuhkan. Dan diharapkan tidak sampai di situ. Sumbangsih para praktisi IT dan mereka yang pakar dibidang TIK sangat dibutuhkan.

Keenam,patut diakui, konteks pembicaraan kita sebelumnya lebih mengedepankan aspek pengobatan. Sejatinya ada hal yang paling penting dan mendasar adalah aspek promosi dan pencegahan penyakit.

Berbicara tentang JKN dan semangat gotong royong fokus kita semata-mata tertuju pada pembayaran iuran. Padahal ada aspek penting yang tidak hanya membuat biaya kesehatan kita murah, tetapi juga derajat kesehatan masyarakat meningkat.

Cara tersebut adalah menggalakkan kampanye hidup sehat. Menurut pengakuan Menteri Kesehatan Nila A Moeloek seperti dilansir Kompas(Jumat, 16/9/2016, hal.13) ada lima penyakit dengan klaim terbesar yang harus dibayar pemerintah ke beberapa rumah sakit dalam sistem Indonesia Case Base Group. Penyakit tersebut berkaitan dengan pola hidup tidak sehat yakni merokok.

Merujuk data Kementerian Kesehatan, pemerintah mengeluarkan Rp 6.9 triliun untuk membayar klaim penyakit jantung, kanker (Rp 1,8 triliun), stroke (Rp 1,5 triliun), dan diabetes melitus (Rp 1,2 triliun). Selain itu dana yang terpakai untuk  penanganan gagal ginjal Rp 2,5 triliun.

“Biayanya hampir Rp 1 juta per pasien, dalam satu bulan ada 2.000 kasus baru,”tandasnya.

Secara umum anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk kesehatan masyarakat, termasuk pencegahan penyakit cukup besar dan terus meningkat. Pada tahun 2015 anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 1,4 triliun, naik menjadi Rp 2,4 triliun pada 2016. Sementara anggaran untuk BPJS Kesehatan lebih dari Rp 40 triliun per tahun, itu pun masih defisit dan harus ditalangi negara.

Dalam situasi seperi itu bila tidak dilakukan pembenahan terhadap kesehatan warga makan akan membuat anggaran kesehatan meningkat dan defisit BPJS pun setali tiga uang. Terkait hal tersebut beberapa hal praktis bisa dilakukan. Salah satunya adalahmeningkampanyekan hidup sehat.

Pertama,berkaca pada klaim terbesar di atas maka kita perlu memperhatikan serius terhadap rokok. Kompas,(Kamis, 8/9/2016, hal.14) mencatat saat ini perokok pemula terus meningkat. Angka pertama kali merokok pada kelompok umur 15-19 tahun sebesar 33,1 persen tahun 2007 naik menjadi 43,3 persen tahun 2010.

Angka pertama kali merokok di kelompok umur 10-14 tahun di perode yang sama juga meningkat dari 10,3 persen menjadi 17,5 persen. Yang mengkhawatirkan peningkatan angka pertama kali merokok pada kelompok umur 4-9 tahun dari 1,2 persen per tahun 2007 menjadi 1,7 persen pada tahun 2010.

Ancaman terkait rokok sudah di depan mata. Karena itu setiap elemen mulai dari keluarga, lembaga pendidikan, LSM/NGO, pemuka agama dan tokoh adat perlu bahu membahu meredam laju angka tersebut. Tak hanya dengan ceramah, dan wejangan, yang tak kalah penting adalah teladan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun