Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Ni Nengah di Tengah Ketidakadilan Dunia Olahraga

9 September 2016   12:03 Diperbarui: 10 September 2016   01:15 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari @KEMENPORA_RI

Ni Nengah Widiasih baru saja menyumbang medali perunggu cabang angkat berat. Tampil di Riocentro Pavilion 2, atlet kelahiran Karangasem, Bali 26 tahun silam menjadi yang terbaik ketiga di kategori powerlifting kelas 41 kilogram dengan total angkatan 96 kilogram. Di kelas ini medali emas menjadi milik atlet Turki Nazmiye Muratli, dan wakil Tiongkok Cui Zhe mendapat perak.

Sejak usia empat tahun wanita kelahiran 12 Desember itu sudah harus menggunakan kursi roda karena kehilangan fungsi pada kedua kakinya. Cacat tak membuatnya patah semangat. Sejak duduk di kelas enam, ia hidup di asrama Yayasan Pembinaan Anak Cacat. Segala kebutuhan ditanggung pihak yayasan dan sejak sekolah menengah biaya pendidikan dibayar melalui beasiswa.

Mengikuti saran dan jejak kakaknya I Gede Suantaka, Widiasih mulai menekuni angkat besi. Kerja keras berlatih 4-5 kali seminggu mulai berbuah manis. Jejak prestasi mulai tercium sejak di tingkat nasional. Prestasi internasional pertama diukir pada 2008. Ia menyabet medali perunggu di ASEAN ParaGames di Kakhom Ratchasima.

Setahun berselang ia meraih perak di Paralimpiade yang dihelat di Kuala Lumpur, Malaysia. Di tahun 2014, ia menyabet medali perak Asian Para Games serta medali perunggu Kejuaraan Dunia 2014. Di pentas terakbar dunia, Paralympiade, Widiasih mulai ambil bagian sejak di London tahun 2012 bersama enam atlet lainnya dari Indonesia.

Medali perunggu kali ini menambah daftar pencapaian Widiasih di pentas internasional dan membuat Merah Putih mampu berkibar di pesta olahraga empat tahunan itu. Bila Owi/Butet mampu menyumbang emas, dan duo lifter Sri Wahyuni dan Eko Yuli Irawan merengkuh medali perak, dari atas kursi roda Widiasih mempersembahkan medali perunggu.

Gambar dari @KEMENPORA_RI
Gambar dari @KEMENPORA_RI
Kemenangan ini menjadi istimewa sebagai kado Hari Olahraga Nasional yang jatuh saban 9 September. Semoga prestasinya tak hanya mendatangkan sukacita dan kegembiraan bersama, juga menggelitik orang-orang seperti dia untuk tampil ke publik dan unjuk gigi.

Atas prestasinya, ia tidak hanya layak diberi bonus seperti para atlet Olimpiade, lebih penting dan berharga dari itu, mendapat penghargaan kemanusiaan yang egaliter sebagai atlet yang utuh, insan olahraga yang berjiwa-badan, makhluk Tuhan yang pantas dihargai selayaknya.  

Apakah  masih ada dari antara kita yang memandang sebelah mata orang-orang seperti Widiasih? Semoga saja tidak.

Proficiat Widiasih, selamat Hari Olahraga Nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun