Popcon atau Popular Culture Convention Asia yang dihelat pada 12-14 Agustus lalu di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan menampilkan salah satu rupa kaum muda saat ini. Di festival industri kreatif itu orang-orang muda kita berkumpul dan tampil ke panggung internasional sebagai penggerak industri kreatif. Dalam usia yang masi mudah mereka sudah menyandang status CEO (chief executive officer), owner (pemilik) atau founder (pendiri) untuk berbagai produk kreatif yang telah menembus pasar global.
Beberapa contoh bisa disebut. Ada Win Rico, pemuda 31 tahun yang kini berpenghasilan sekitar 4.000 dollar dari pekerjaannya sebagai desainer kaus dan kini memiliki clothing line sendiri. Ada juga Prayoga Danu Wirahadi (28), satu dari lima pendiri Red Sugar Studio yang telah menghasilkan aneka rupa grafis dua dimensi dengan mayoritas klien dari mancanegara seperti Amerika Serikat dan Singapura.
Lain lagi dengan Evan Raditya Pratomo (26) yang tengah membangun perusahaan sendiri di dunia ilustrasi. Pemuda asal Malang, Jawa Timur itu baru saja pulang dari Selandia Baru, melihat lokasi pengambilan gambar sebuah film Hollywood. Evan diminta membuat gambar untuk promosi film yang dibintangi penyanyi dan aktris cantik asal Amerika Serikat, Scarlett Johansson.
Dalam konteks berbeda, ada kakak beradik asal Salatiga, Jawa Tengah, Arfi’an Afandi (30) dan M Arie Kurniawan (25) yang bergelut di dunia desain rekayasa. Arfi’an mendapat pesanan mendesain pesawat ringan dari sebuah perusahaan di Amerika Serikat. Bersama sang adik pernah memenangkan kompetisi desain tiga dimensi yang diselenggarakan oleh perusahaan raksasa, General Electric dan GrabCAD pada 2014 lalu.
Sebelum itu ada Asadullohil Ghalib Kubat (25) yang sukses memenangi perlombaam pembuatan permainan elektronik interaktif Imagine Cup oleh Microsoft pada 2013.
Sebelum “booming” Pokemon Go, Edwin Viriya (27) bersama adiknya Jefvin Viriya (21) telah leih dulu membuat orang-orang tergila-gila dengan permainan Tahu Bulat. Permainan gratis di Google Play Store itu telah diunduh 2,5 juta kali pada Juni lalu dan menjadi satu-satunya game Indonesia yang menembus 10 besar game terlaris.
Seakan tak habis-habisnya melahirkan sosok kreatif, belum lama ini Gilang Bogy Indiana Saputra (22) dengan caranya ikut meramaikan ajang Piala Eropa yang baru saja berakhir di Prancis. Gambar digital wajah pemain timnas sepakbola Jerman yang dikreasi pemuda asal Karanganyar, Jawa Tengah menghiasi produk minuman Coca Cola untuk edisi spesial tersebut.
Masih ada sineas muda Wregas Bhanuteja (23) yang mencuri perhatian di Festival de Cannes di Prancis lewat film pendeknya Prenjak. Film tersebut menjadi pemenang kategori film pendek dalam ajang Semaine de la Critique yang merupakan bagian dari festival film paling bergengsi di dunia itu.
Melihat mereka kita seperti melihat dua sisi dari kaum muda saat ini. Nama-nama tersebut adalah sebagian kecil dari kelompok besar kaum muda kreatif dan berprestasi. Selain bakat lahiriah, kemajuan teknologi dan kerja keras membuat mereka berkembang dan melambung hingga ke mancanegara.
Di sisi lain mereka adalah bagian kecil dari kelompok besar kaum muda Indonesia yang tengah mencari jati diri dan berjuang keluar dari kematian daya kreativitas. Mereka tenggelam dalam gelombang besar pengangguran dan terjerembab dalam angka putus sekolah yang tinggi.
Terhadap dua tantangan itu kita pun bisa mereka-reka seperti apa rupa Indonesia di masa datang. Apakah Indonesia akan disarati generasi kreatif dan berprestasi? Atau dipadati kelombok putus asa yang hanyut dalam gelombang pengangguran dan putus sekolah, mengganjal Indonesia untuk naik dari bangsa kelas berkembang, atau malah semakin terbelakang?