Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengawinkan Jumlah dan Mutu ala Sri Mulyani

1 September 2016   20:36 Diperbarui: 1 September 2016   22:31 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabel rasio ketergatungan yang mencapai titik terendah pada tahun 2030/gambar dari indonesiana.tempo.co.

Popcon atau Popular Culture Convention Asia yang dihelat pada 12-14 Agustus lalu di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan menampilkan salah satu rupa kaum muda saat ini. Di festival industri kreatif itu orang-orang muda kita berkumpul dan tampil ke panggung internasional sebagai penggerak industri kreatif. Dalam usia yang masi mudah mereka sudah menyandang status CEO (chief executive officer), owner (pemilik) atau founder (pendiri) untuk berbagai produk kreatif yang telah menembus pasar global.

Beberapa contoh bisa disebut. Ada Win Rico, pemuda 31 tahun yang kini berpenghasilan sekitar 4.000 dollar dari pekerjaannya sebagai desainer kaus dan kini memiliki clothing line sendiri. Ada juga Prayoga Danu Wirahadi (28), satu dari lima pendiri Red Sugar Studio yang telah menghasilkan aneka rupa grafis dua dimensi dengan mayoritas klien dari mancanegara seperti Amerika Serikat dan Singapura.

Lain lagi dengan Evan Raditya Pratomo (26)  yang tengah membangun perusahaan sendiri di dunia ilustrasi. Pemuda asal Malang, Jawa Timur itu baru saja pulang dari Selandia Baru, melihat lokasi pengambilan gambar sebuah film Hollywood. Evan diminta membuat gambar untuk promosi film yang dibintangi penyanyi dan aktris cantik asal Amerika Serikat, Scarlett Johansson.

Dalam konteks berbeda, ada kakak beradik asal Salatiga, Jawa Tengah, Arfi’an Afandi (30) dan M Arie Kurniawan (25) yang bergelut di dunia desain rekayasa. Arfi’an mendapat pesanan mendesain pesawat ringan dari sebuah perusahaan di Amerika Serikat. Bersama sang adik pernah memenangkan kompetisi desain tiga dimensi yang diselenggarakan oleh perusahaan raksasa, General Electric dan GrabCAD pada 2014 lalu.

Sebelum itu ada Asadullohil Ghalib Kubat (25) yang sukses memenangi perlombaam pembuatan permainan elektronik interaktif Imagine Cup oleh Microsoft pada 2013.

Sebelum “booming” Pokemon Go, Edwin Viriya (27) bersama adiknya Jefvin Viriya (21) telah leih dulu membuat orang-orang tergila-gila dengan permainan Tahu Bulat. Permainan gratis di Google Play Store itu telah diunduh 2,5 juta kali pada Juni lalu dan menjadi satu-satunya game Indonesia yang menembus 10 besar game terlaris.

Seakan tak habis-habisnya melahirkan sosok kreatif, belum lama ini Gilang Bogy Indiana Saputra (22) dengan caranya ikut meramaikan ajang Piala Eropa yang baru saja berakhir di Prancis. Gambar digital wajah pemain timnas sepakbola Jerman yang dikreasi pemuda asal Karanganyar, Jawa Tengah menghiasi produk minuman Coca Cola untuk edisi spesial tersebut.

Masih ada sineas muda Wregas Bhanuteja (23) yang mencuri perhatian di Festival de Cannes di Prancis lewat film pendeknya Prenjak. Film tersebut menjadi pemenang kategori film pendek dalam ajang Semaine de la Critique yang merupakan bagian dari festival film paling bergengsi di dunia itu.

Wregas Bhanuteja (tengah) bersama para pemeran utama film Prenjak saat Konferensi pers film Prenjak di XXI Plaza Senayan, Jumat (27/5/2016)/gambar dari Kompas.com.
Wregas Bhanuteja (tengah) bersama para pemeran utama film Prenjak saat Konferensi pers film Prenjak di XXI Plaza Senayan, Jumat (27/5/2016)/gambar dari Kompas.com.
Di dunia musik kita dikejutkan dengan bakat luar biasa Joey Alexander (12) yang menjadi musisi pertama Indonesia yang menjadi nomine Gramy Awards. Tak ketinggalan ada Canho Pasirua (11) pianis asal Ende, Nusa Tenggara Timur yang baru saja meraih lima medali emas dalam Kejuaraan Dunia Seni Pertunjukan atau “World Championship Perfoming Arts 2016” (WCOPA) 2016 di Long Beach-California As, Juli lalu serta Eunike Setiadarma (15), jawara Junior Instrumentalist World Champion 2016.

Melihat mereka kita seperti melihat dua sisi dari kaum muda saat ini. Nama-nama tersebut adalah sebagian kecil dari kelompok besar kaum muda kreatif dan berprestasi. Selain bakat lahiriah, kemajuan teknologi dan kerja keras membuat mereka berkembang dan melambung hingga ke mancanegara.

Di sisi lain mereka adalah bagian kecil dari kelompok besar kaum muda Indonesia yang tengah mencari jati diri dan berjuang keluar dari kematian daya kreativitas. Mereka tenggelam dalam gelombang besar pengangguran dan terjerembab dalam angka putus sekolah yang tinggi.

Terhadap dua tantangan itu kita pun bisa mereka-reka seperti apa rupa Indonesia di masa datang. Apakah Indonesia akan disarati generasi kreatif dan berprestasi? Atau dipadati kelombok putus asa yang hanyut dalam gelombang pengangguran dan putus sekolah, mengganjal Indonesia untuk naik dari bangsa kelas berkembang, atau malah semakin terbelakang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun