Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Neymar, Marta, dan Maracana

21 Agustus 2016   16:33 Diperbarui: 21 Agustus 2016   20:01 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekpresi Neymar dan para pemain Brasil usai meraih emas Olimpiade Rio/gambar dari Dailymail.co.uk.

Rasa pahit itu masih berlanjut hingga 17 Agustus lalu. Dewi fortuna Maracana belum jua berpihak pada anak negeri, kala melihat tim sepak bola putri Brasil gagal membuka pesta kemenangan bagi rakyat Brasil. Selalu menang dan menguasai bola sejak awal, dan dimotori peraih lima kali pemain terbaik dunia, Marta Vieira da Silva, “As Canarinhas” atau Kenari Betina kalah adu penalti dari Swedia di semi final.

Kekalahan itu dramatis. Tak hanya soal proses yakni ketika tendangan Andressa diblok Hedvig Lindahl dan mengubah segalanya. Juga, lantaran tim yang sama sebelumnya telah dipermalukan 5-1 di penyisihan grup. Marta dan 70.500 penonton Brasil kelu. Mereka bungkam di hadapan kenyataan yang tak bisa dipercaya begitu saja.

Marta tak kuasa menahan tangis. Harapan untuk mempersembahkan emas pertama Brasil, setelah di Olimpiade Athena 2004 dan Beijing 2008 hanya beroleh perak, tak tercapai. Ia gagal membahagiakan rakyat Brasil.

Marta terlihat sedih dan kecewa setalah dikalahkan Swedia di semi final Olimpiade Rio/gambar dari www.smh.com.au.
Marta terlihat sedih dan kecewa setalah dikalahkan Swedia di semi final Olimpiade Rio/gambar dari www.smh.com.au.
Berbeda dengan Marta, air mata yang keluar dari pelupuk mata Neymar kali ini adalah ekspresi bahagia. Bahagian karena bisa menjawab kepercayaan masyarakat Brasil. Bahagian karena bisa membahagiakan rakyat Brasil.

Apakah kemenangan tersebut menjadi sinyal kebangkitan sepak bola Brasil? Empat tahun lagi, di Tokyo, mampukah Brasil mempertahankan medali emas tersebut? Mungkin empat tahun masih lebih panjang dari Piala Dunia yang lebih akbar, yang akan dihelat kurang dari dua tahun di Rusia. Bisa juga dua tahun itu masih lebih panjang, dari pernyataan Rogerio Micale, pelatih yang membantu Neymar Cs meraih emas di Maracana ini.

“Saya yakin ini akan memberikan alasan untuk rasa bangga dan kepercayaan bagi rakyat Brasil dan tim nasional. Kami tahu tantangan besar dipikul di pundang tim Olimpiade. Di atas segalanya, sepak bola adalah olahraga nomor satu di Brasil. Tetapi fase ini [kegagalan di Piala Dunia] telah berlalu. Kami bisa melihat masa depan sepak bola Brasil ke depan dengan lebih percaya diri, lebih bangga, dan sekali dan untuk semua, sepak bola Brasil tidak mati,”tandas Micale, sosok lembut dan bersahaja, seperti dikutip dari www.si.com. 

Ya, sepak bola Brasil tidak mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun