Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Owi/Butet vs Chan/Goh, Bukan Final Biasa

17 Agustus 2016   16:40 Diperbarui: 17 Agustus 2016   17:06 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merunut riwayat perjalanan finalis ganda campuran Olimpiade 2016, pertemuan ini bisa saja disebut sebagai momen pembuktian setelah mendekam dalam kekelaman. Kemenangan telak atas Xu Chen/Ma Jin di semifinal, membuktikan bahwa Chan/Goh telah kembali seperti dulu.

Sebelum cedera lutut membekap Goh pada 2013, mereka pernah menempati rangking tiga dunia. Operasi pada kedua lutut dan masa pemulihan 11 bulan membuat keduanya harus “bercerai”. Saat kembali berpasangan pada 2015, mereka harus berjuang lebih keras. Sempat melorot hingga ke rangking 48 dunia, perlahan-lanah mereka sukses memenangkan gelar demi gelar-walau pada level grand prix dan grand prix gold, hingga menduduki posisi 11 dunia saat ini.

Melihat performa Goh saat ini, tampak bahwa wanita 27 tahun itu sudah kembali ke jalur positif dan bersama pasangan siap membuat dunia kembali memperhitungkan mereka. Meski memiliki riwayat berbeda, pada titik tertentu, lolosnya Owi/Butet ke partai final menandai kembalinya mereka ke jalur semestinya.

Selama setahun terakhir, penampilan Owi/Butet tak tentu. Konsistensi sebagai pasangan elit dunia sukar dipertahankan. Puncak penurunan performa terjadi pada 2015. Keduanya menjadi sasaran kritik atas serangkaian hasil buruk di sejumlah turnamen. Tahun lalu, di ajang Prancis Terbuka, mereka kalah di babak pertama, dipecundangi wakil Jepang Keigo Sonoda/Naoko Fukuman. Nasib serupa terjadi di turnamen China Open Super Series Premier. Saat itu wakil Jerman Michael Fuchs/Birgit Michels memulangkan tiga kali juara All England itu di babak pertama.

Kondisi fisik, terutama cedera yang sempat menghantui salah satu dari antara mereka mereka menjadi kendala. Bulan April tahun ini, mereka baru bisa mengakhiri paceklik gelar saat menjuarai Malaysia Open Super Series Premier. Menariknya, gelar super series pertama setelah terakhir kali di Prancis Open 2014, diraih dengan susah payah dari tangan Chan/Goh.

Owi/Butet kembali menjadi bahan perbincangan. Setelah gagal menjuarai Kejuaraan Bulu Tangkis Asia pada akhri April hingga awal Mei, usai dibekuk Zhang Nan/Zhao Yunlei, di dua turnamen pemanasan sebelum Olimpiade, mereka menuai hasil mengecewakan.

Awal Juni, di Indonesia Open Super Series Premier, Owi/Butet terhenti di babak kedua di tangan pasangan non-unggulan asal Denmark, Kim Astrup/Line Kjaersfeldt.

Selang beberapa hari setelah gagal di kandang sendiri, Owi/Butet menuai hasil jauh lebih buruk di Australia Super Series. Ditempatkan sebagai unggulan teratas, mengingat para unggulan lainnya memilih mundur untuk mempersiapkan diri ke Olimpiade, Owi/Butet terpuruk di babak pertama. Mereka disingkirkan  wakil Denmark yang tak diunggulkan, Anders Skaarup/Maiken Fruergaard.

Riwayat singkat di atas menunjukkan bahwa Owi/Butet sedang di jalan pulang menuju puncak prestasi. Kritik demi kritik atas inkonsistensi yang ditunjukkan setahun terakhir mendapatkan ruang pembuktian. Pada waktu yang sama Chan/Goh pun sedang berada di jalur yang sama. Di Rio 2016 ini mereka sama-sama berjuang tidak hanya untuk nama baik bangsa dan negara, juga harkat dan prestasi pribadi.

Situasi ini yang membuat laga final ini sulit diprediksi. Track rekord atau head to head pertemuan tidak serta merta menjawab hasil akhir. Owi/Butet boleh saja merebut gelar Malaysia Open 2016 dan belum lama menumbangkan mereka di fase grup untuk mecatatkan delapan kemenangan dari sembilan pertemuan.

Tetapi patut diingat, Chan/Goh sedang di jalur positif. Mereka bisa menjadi lebih kuat di pertemuan ini (coming back stronger). Tak hanya untuk membalas dendam demi kemuliaan diri, juga nama baik bangsa. Diharapkan motivasi Owi/Butet berlipat ganda, memadukan skill dan kemampuan mereka yang terbukti di atas Chan/Goh, dengan tekad mengibarkan Merah Putih di Rio De Janeiro, sama seperti yang dilakukan masyarakat Indonesia hari ini, di hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-71.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun