Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Brexit dan Wajah Baru Sepak Bola Inggris

25 Juni 2016   10:56 Diperbarui: 26 Juni 2016   12:18 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dimitry Payet/gambar dari Eurosport.com

Sepak bola Inggris mensyaratkan para pemain non-Uni Eropa sebelum mengantongi izin kerja di Inggris harus memiliki pengalaman dengan timnas masing-masing selama dua tahun dengan presentase tertentu berdasarkan rangking FIFA.

Sebagai contoh, bagi pemain yang berasal dari negara dengan peringkat 10 besar FIFA diwajibkan tampil dalam 30 persen pertandingan internasional dalam dua tahun. Presentase penampilan untuk negara-negara dengan rangking FIFA di atasnya jauh lebih besar, masing-masing 45 persen (rangking 11-20 FIFA), 60 persen (rangking 21-30) dan 75 persen (rangking 31-50).

Berdasarkan laporan Mirror.co.uk berdasarkan studi tahun lalu, ditemukan bahwa 332 pemain asal Eropa yang tampil di Liga Primer Inggris, Championship dan Liga Skotlandia, tak memenuhi kriteria tersebut. Lebih spesifik menurut data Dailymail.co.uk, lebih dari 100 pemain yang kini tampil di Liga Primer Inggris terkategori gagal mendapat izin kerja.

Beberapa dari antara mereka adalah striker muda Manchester United Anthony Martial, ujung tombak West Ham Dimitri Payet serta pemain juara Liga Primer Inggris, Leicester N'golo Kante yang semuanya adalah muka baru di timnas Prancis.

Namun, pasca pemisahan ini, para pemain yang tak memenuhi kriteria tersebut tak bisa ditendang begitu saja dari Inggris. Menurut Dailymail, aturan tersebut tak bisa diterapkan secara retrospektif. Tetapi, di masa depan ada kemungkinan untuk  memberlakukan aturan tersebut.

Dimitry Payet/gambar dari Eurosport.com
Dimitry Payet/gambar dari Eurosport.com
Kedua, kehilangan pemain muda. Kegemaran klub-klub Inggris membeli bibit-bibit muda dari Eropa seperti Chelsea dan Manchester City, bakal dibatasi pasca pemisahan ini. 

Berdasarkan statuta FIFA pasal 19 tentang Status dan Transfer Pemain, yang sebelumnya mengizinkan transfer pemain di bawah umur antara usia 16 dan 18 tahun dalam Uni Eropa atau EEA (Wialayah Ekonomi Eropa) tak berlaku lagi bagi Inggris.

Ketiga, naiknya harga pemain. Turunnya nilai poundsterling terhadap Eurpa berdampak pada biaya transfer. Paling kurang hal itu terasa dalam jangkap pendek.

Walau Liga Inggris telah menjadi salah satu kompetisi yang matang terutama secara finansial, bahkan terus mencatatkan pertumbuhan lewat pemasukan dari iklan televisi, sejumlah klub tampaknya akan berpikir dua kali untuk mendatangkan pemain bintang dengan harga yang bakal membengkak.

Sebagai contoh sebelum pemisahan nilai jual pemain Marseille Michy Batshuayi seharga 31 juta poundsterling, namun saat ini naik menjadi 34 juta poundsterling setelah kejatuhan pounsterling terhadap Euro. Hal ini tentu membuat West Ham bisa berpikir lagi untuk mendatangkannya.

Keempat, semakin memperlebar jurang antar klub di Inggris. Dengan segala konsekuensi seperti disebutkan sebelumnya, maka kesenjangan antar klub akan meningkat. Hanya klub kaya dan mampu saja yang terus memperkuat diri. Sebaliknya klub-klub kecil yang “kalah” secara finansial akan semakin terpuruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun