Dengan segala dinamikanya FCVRI terus berkembang dan diorganisir dengan baik. Hal itu terlihat dari jumlah anggota yang terorganisasi dalam regional-regional mulai dari Papua (Timika, Jayapura), Jawa, Makassar, Bali, Medan, hingga Lampung.
Mereka tak hanya diikat dengan rasa cinta kepada sosok yang sama, dan hubungan tak hanya diantarai oleh jejaring sosial. Tali silaturahim di antara mereka juga dibangun secara kasat mata melalui aktivitas nonton bareng, kopi darat, touring, dan bakti sosial.
“Di bulan puasa kali ini regional Jakarta juga bagi-bagi takjil,” tutur Yayat menyebut salah satu contoh kegitan mereka bertempatan dengan bulan puasa kali ini.
Berbagi
Segelintir pengalaman itu menunjukkan bagaimana ‘kedekatan” Yayat dengan Rossi. Kedekatan itu tak disimpannya sendiri. Ia kemudian menuangkannya dalam tulisan di Kompasiana.
Yayat sendiri punya prinsip, yang kemudian dijadikannya sebagai tips, bahwa setiap informasi tak elok bila dipendam. Prinsip berbagi itu kemudian mendatangkan kepuasan tersendiri bagi Yayat.
Keyakinan itu benar-benar dipegang teguh. Sejauh pengamatan saya, Yayat hampir tak pernah melewatkan sedikitpun informasi tentang sang idola. Tolak ukur sederhana saja. Apakah setiap sesi balapan, Yayat bakal absen membuat reportase? Tentu saja tidak. Bila tak percaya, silahkan cek!
Saya sempat membuat ekperimen sendiri untuk membuktikan hal itu. Momen itu terjadi saat perhelatan Tour de Flores yang dimulai sejak 19-23 Mei lalu. Saat itu, Yayat terpilih meliput mewakili Kompasiana.
Berada di Flores yang notabene memiliki infrastrukter terutama komunikasi yang terbatas, serta agenda liputan yang padat, saya pun bertanya-tanya, apakah Yayat bakal melewatkan liputan tentang seri Mugello, Italia yang jatuh pada tanggal 22 Mei? Ternyata tidak. Dari jauh, Yayat tetap mengisi ruang di Kompasiana.
Sejak mulai menulis tentang Vale pada Agustus 2010, kini jumlah tulisannya di Kompasiana berjumlah 538 dan lebih dari separuh, atau 538 tentang dunia yang disukai dan sosok yang diidolai yakni MotoGP dan Vale.
Beberapa alasan itu akhirnya membuat Yayat hampir selalu diidentikan dengan Vale. Yayat sendiri merasakan hal itu. Sehingga tak heran Yayat kerap disapa Nyonya Vale. Baginya itu merupakan konsekuensi positif-untuk mengatakan berkah yang kemudian disebutnya sebagai personal branding.