Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Anomali Jurgen Klinsmann

23 Juni 2016   13:02 Diperbarui: 23 Juni 2016   14:03 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, Klinsmann tidak sadar bahwa dirinya sudah terperangkan pada kejayaan masa silam. Jiwa dan pikirannya terkesan belum move onuntuk melihat kondisi terkini timnya. Dalam 18 bulan terakhir The Yanks mulai goyah-untuk mengatakan mengalami kemunduran.

Mereka menorehkan rekor buruk di Piala Emas 2015. Kalah di semi final dari tim kuda hitam Jamaika dengan skor 1-2 serta gagal mendapatkan tempat ketiga usai keok dalam adu tos-tosan dengan Panama, lebih dari cukup untuk mengguratkan noktah hitam bagi AS dalam 15 tahun terakhir.

Tak sampai di situ. Kalah di babak playoff menghadapi Meksiko untuk mendapatkan tempat di Piala Konfederasi, berlanjut dengan kekalahan memalukan dari Guatemala di kualifikasi Piala Dunia 2018.

Menyata

“Anda lihat malam ini mengapa mereka tim nomor satu di dunia,”ungkap Klinsmann seusai laga dikutip dari ESPNFC.com.

Pernyataan Klinsmann itu dalam arti tertentu bisa dipahami. Argentina sangat superior. Dengan menurunkan kekuatan terbaik, minus Angel Di Maria, La Albiceleste unggul di semua lini.

Namun di sisi lain, wajah The Yanks yang terlihat malam itu berbeda dengan yang terlihat selama ini. Armada Gerardo Tata Martino hanya butuh tiga menit untuk membuka gol pertama melalui Ezequiel Lavezzi yang mengisi tempat Di Maria. Gol-gol berikutnya-melalui Lionel Messi dan dua kali dari Gonzalo Higuain-pun datang dengan mudah, seperti tanpa perlawanan apa-apa.

Permainan ofensif dan agresif sebagaimana ditunjukkan di laga-laga sebelumnya sama sekali tak terlihat. Alih-alih menguasai laga, tuan rumah malah hampir tak diberi kesempatan memegang bola (dengan hanya 32 persen). Tak ada shot on goal berbanding lurus dengan tingkat kesempurnaan passingyang hanya mencapai 67 persen, berbanding 92 persen dari Argentina.

“Mereka tahu dengan tepat bagaimana mengorganisasi diri mereka dengan cepat. Mereka menekan dengan kuat saat Anda menguasai bola. Karena itu kami tidak memiliki kesempatan untuk mencetak gol,”aku Klinsmann.

Absennya tiga pemain kunci Alejandro Bedoya, Jermaine Jones and Bobby Wood  berdampak pada organisasi permainan Amerika Serikat. Namun situasi ini kurang ditanggapi secara jeli oleh Klinsmann dalam menyusun strategi.

Tengok saja starting XI yang diturunkan dalam laga itu. Alih-alih menurunkan pemain muda yang agresif, Klinsmann malah memilih pemain senior Chris Wondolowski  Pemain San Jose Earthquakes mati kutu di lapangan. Senioritas pemain 33 tahun itu tak memberikan kontribusi apa-apa kepada tim, selain mobilitasnya membantu lini tengah. Namun yang terjadi malah mala petaka. Kecerobohannya menjegal Lionel Messi berujung gol cantik melalui eksekusi tendangan bebas pemain bersangkutan dari jarak 25 yard hanya beberapa menit sebelum babak pertama berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun