Ketika bola tidak mencapai area penalti, duo batu karang John Brooks dan Geoff Cameron bisa memanfaatkan peluang untuk memberikan bola kepada Brad Guzan. Bila tak mampu mengendalikan permainan secara langsung, kemampuan tackling Kyle Beckerman bisa dimanfaatkan untuk menahan aliran bola dari lini tengah.
Selanjutnya Michael Bradley bisa memanfaatkan lebar lapangan untuk menusuk pertahanan Argentina dari sisi sayap. Dengan kecepatan yang dibutuhkan untuk mengimbangi lini tengah Argentina, kemampuan Bradley dan Clint Dempsey bisa digunakan untuk memberikan ruang lebar kepada DeAndre Roselle Yedlin, Johnson, Zusi atau Gyasi Zardes untuk menyerang dari sisi sayap.
Dengan akselerasi dan kecepatannya Yedlin dan Zardes bisa bergerak dari lini pertahanan, menusuk dari sayap untuk menciptakan peluang di kotak penalti lawan. Bila The Yanks mampu memanfaatkan peluang untuk menekan sejak menit awal maka akan membuka peluang bagi mereka mendatangkan bahaya bagi Argentina. Bila lini serang buntu Darlington Nagbe dan Kristen Pulisic bisa menjadi alternatif.
Catatan, selain kehati-hatian, memanfaatkan momentum adalah kata kunci bila tak ingin diambil Argentina dengan segala kelebihan individualnya untuk menciptakan mimpi buruk bagi tuan rumah.
“Sekarang menjadi lebih lapar, menjadi lebih agresif, lebih menekan dari yang dilakukan sebelumnya. Jadi tambahkan 10 persen lain dari apa yang sudah Anda lakukan. Jika setiap orang melakukannya, maka kita akan mendapatkan sebuah permainan dengan Argentina,”simpul Klinsmann.
Walau diunggulkan, Argentina tidak pernah boleh jemawa. Apalagi merasa di atas angin. Sudah banyak bukti, bahwa kesombongan berbuah petaka. Sejarah masa lalu sudah mereka rasakan. Termasuk saat menghadapi Jerman dan berlaga di negeri Paman Sam.
Salah satu sosok yang akan dihadapi Argentina kali ini pernah menorehkan luka sejarah. Masih ingat momen Piala Dunia 1990? Klinsmann adalah bagian dari kedigdayaan Jerman menggulung Argentina yang diperkuat sang maestro bola Diego Armando Maradona di final di Italia. Kemenangan tersebut sekaligus merontokkan kedigayaan Argentina sebagai juara dunia edisi sebelumnya di Meksiko.
Empat tahun kemudian, Argentina tersungkur di babak 16 besar Piala Dunia Amerika Serikat. Diperkuat Maradona, Tim Tango disingkirkan tim non unggulan Rumania.
Dua tahun kemudian, pada ajang Olimpiade nasib buruk kembali menerpa Argentina. Kehadiran para pemain bintang seperti Ariel Ortega dan Hernan Crespo, Argentina tak berkutik saat bertemu Nigeria.
Dengan pengalaman sejarah itu, sedikit banyak membuat Argentina waspada. Bermaterikan pemain bintang perlu dipadukan dengan soliditas, dan semangat militan untuk meredam ambisi tuan rumah.